Senin, 25 Mei 2020

Corona? Asuuu!! Ini Faktanya di Pekalongan






Dari awal kemunculan Coronavirus, aku udah menebak kalau ini alay. Pun sampai sekarang, aku tetep masih menganggap Corona ini sesuatu yang alay. Yang ada di otak ku, ketika SEMUA MEDIA bahas sesuatu secara terus menerus, di Indonesia, pasti ada sesuatu yang aneh. Ya emang sih, bad news is a good news. Berita buruk selalu menjadi konten menarik bagi pembuat berita. Apalagi alesannya kalau bukan rating, klik, exposure dan akan berujung pada Adsense, Iklan dan duit. Jadi, Corona ini ASU!!! Kalau nggak percaya, mari kita lihat faktanya...

Sebentar, mau ku kasih penjelasan dulu sebelum aku diserang karena masih bahas-bahas corona terusan. Seringkali di sosial media aku selalu bilang yang intinya, "Udahlah, mendingan kita nggak usah sebar berita tentang corona lagi" terus ku beri imbuhan lagi "Emangnya kamu buzzer dari media tersebut? Emangnya dibayar sama media tersebut buat sebarin beritanya?". Terus ku kasih imbuhan lagi "Kalau jawabannya enggak semua, YOK STOP SEBARIN BERITA, SCREENSHOT coronavirus dari KANAL BERITA". Cluenya di situ ya, yang ku kasih capslock.


Ini Faktanya corona di Pekalongan

Jadi, ini media yang bukan merupakan kanal berita. Ini juga bukan media punya orang lain yang nggak ku kenal. Aku pun juga bukan buzzer dari kanal berita tertentu. Karena, ini adalah media punya ku pribadi. Domainnya beli sendiri, bayar sendiri. Aku nggak dibayar orang lain buat sebarin sesuatu yang berasal dari media yang berbentuk blog ini. Soalnya ini punya ku sendiri. Jadi, ketika aku masih sebarin hal yang berbau corona, itu sama sekali nggak melanggar apa yang udah ku tulis di sosial media ku. Ya memang, tulisan ini pun membahas sesuatu yang berbau corona. Ini murni opini pribadi ku yang mau ku sampaikan ke orang lain. Kalau nggak mau tau opini ku, atau menganggap aku bullshit karena melanggar apa yang udah ku tulis di story ku, ya nggak usah buka link yang ku bagikan. Semudah itu kok wkwkwkwk.


Oke lanjut!

Fakta Corona di Pekalongan

Faktanya, di tempat tinggal ku, di Pekalongan, ada banyak manusia yang masih beraktifitas seperti biasanya, seakan-akan nggak ada corona. Entah pada takut, waspada atau apalah itu, aku nggak tau. Tapi faktanya, masih banyak yang nggak pakai masker kemana-mana, masih banyak yang tidak sosial ataupun physical distancing, masih banyak kerumunan, intinya sangat bertolak belakang dengan apa yang selama ini selalu digembor-gemborkan ke media.

Logikanya, dengan begitu seharusnya akan banyak penularan coronavirus dong di Pekalongan. Entah terlepas dari kerumunan orang yang melakukan aktifitas seperti biasanya itu ada atau tidaknya ODP, OTG, PDP atau istilah tidak penting lainnya yang kita kenal gegara Corona. Seharusnya, akan ada banyak manusia warga Pekalongan yang terpapar penyakit alay yang katanya mematikan ini. Yaaa walaupun ada sebagian wilayah atau instansi dan tempat umum yang melakukan himbauan pemerintah dengan menjalankan protokol kesehatan yang berlaku. Tapi, tetep aja, ada kerumunan dimana-mana.

Tapi kemudian aku terkejut dengan kemunculan berita dengan Headline seperti berikut ini:

Bakso Corona Pekalongan
Sengaja ku Samarkan Beberapa Kata Sensitif. Tapi ku Rasa Ini yang Baca Juga Bisa Menebak Tulisannya. Aku Nggak Mau Jadi Bego, Terus Ketangkep Gegara Nyebarin Beginian wkwkwk

Berita dan Fakta yang Bertolak Belakang

Naaah... Fakta yang ada di lapangan, seperti apa yang sudah ku tulisakan pada paragraf sebelumnya. Lalu muncul berita dengan headline seperti itu. Aku yakin, ini media berkompeten dan acap kali menjadi rujukan bagi sebagian orang untuk mencari atau membaca berita. Dalam artian, media yang headlinenya ku catut tersebut bukan media abal-abal yang tidak jelas sumbernya. Jadi, beritanya dapat dipercaya. Dengan kata lain, apa yang diberitakan merupakan sebuah fakta yang terjadi di lapangan. Pun juga dengan apa yang ditulis di atas, kita bisa menganggap itu semua adalah fakta. Artinya, fakta kalau Kasus Coronavirus di Pekalongan menurun dan bahkan hanya ada satu yang ditangani di rumah sakit.

Sangat bertolak belakang dengan apa yang ada di lapangan. Dengan tetap berkerumun, tetap tidak social atau physical distancing. Jangankan pakai sanitizer atau cuci tangan, untuk hanya sekedar pakai masker aja ada banyak yang nggak pakai masker kemana-mana.

Eits, bentar... jangan salah artikan "Sangat bertolak belakang dengan apa yang ada di lapangan" adalah kalimat yang digunakan untuk melawan atau menjatuhkan berita tersebut di atas. Bukan itu maksudnya. Jadi gini, mari kita anggap semua fakta yang ku tuliskan di atas adalah benar dan bisa dipertangungjawabkan. Aku mikirnya malah kayak apa yang udah ku tulis di judul artikel ini. Asu ini corona. Kita semua dipermainkan dengan apa yang selama ini kita dengar, lihat dan lakukan. Banyak yang tetap nggak melakukan protokol kesehatan, tapi kasus coronavirus cenderung turun dan malah bahkan hampir nol yang dirawat di rumah sakit. Aku bikin artikel ini bukan berarti mengajak ayo buat kerumunan, ayo nggak usah pakai masker kemana-mana, nggak aku nggak ngajak begitu.

Tetap Patuhi Himbauan Pemerintah

Tapi lebih kearah, yayayaya mungkin corona memang ada, tapi nggak harus sealay ini hidup kita. Nggak harus WFH, SFH ataupun PFH yang sealay ini. Ya, walaupun mungkin banyak dampak positif yang kita rasakan dengan adanya coronavirus ini. Tapi biarlah tempat usaha pada buka kembali, biarlah mall pada buka lagi, biarlah biskop tayangin film lagi. Toh walaupun dilarang-larang kayak apapun, faktanya masyarakat Indonesia labih khususnya yang ada di pekalongan, juga masih melakukan aktifitas dan berkerumun seperti biasanya. Faktanya juga kasus coronavirus di Pekalongan seperti yang ada di berita.

Sebagai warga negara yang baik, sudah seharusnya kita mematuhi perintah dan anjuran dari pemerintah. Walaupun semakin ke sini, himbauan yang dikeluarkan semakin terlihat tidak logis. Tapi, jangan artikan apa yang ku tulis di atas adalah hal-hal yang berbau pemberontakan untuk melawan anjuran pemerintah. Tapi, aku cuman mau memberikan opini ku dan menyebarkan pesan kalau corona ini "mungkin" memang berbahaya, "mungkin" emang mematikan, kita boleh takut, boleh waspada, tapi jangan terlalu alay dan berlebihan. Boleh juga nggak percaya kalau corona ini nggak berbahaya dan nggak mematikan, ini cuman konspirasi yang dibuat oleh golongan tertentu. Nggak apa, itu hak masing-masing orang. Tapi ingat, ada orang yang tetap menerapkan WFH, PFH, SFH dan menerapkan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah. Tolong hargai golongan orang tersebut.

Nb:

WFH - Work From Home
SFH - School Form Home
PFH - Pray From Home

Fotomu Dicomot Buat Dijadiin Duit Sama Orang Lain. Kamunya Dapet Apa?

Boleh lah, kamu mau belanja, mau berkerumun, mau melakukan apapun, tapi please, jangan bikin story atau asal sembarangan upload keramaian dan kerumunan yang ada ke sosial media atau dengan mention atau tag akun tertentu yang bisa menyebarkan kembali foto tersebut dengan mudahnya. Hingga tersebar ke khalayak. KAMU NGAPAIN TAG AKUN TERTENTU TENTANG KERAMAIAN YANG ADA? EMANG KAMU BUZZERNYA? EMANG KAMU KONTIBUTORNYA? EMANG KAMU DIBAYAR? Karena akan dengan mudah media atau akun tersebut merubah gambar dan berita yang kamu kirim menjadi adsense, iklan dan uang. 

Kan miris, kamu yang punya gambar, kamu yang kasih caption dan kamu nggak dapet duit. Tapi, lalu diupload ulang media atau akun tertentu sebagai salah satu sarana untuk menghasilkan duit. PLEASE JANGAN GOBLOK JADI ORANG. Itu pesan ku buat orang dan masyarakat yang nggak mematuhi anjuran pemerintah dan tidak menjalankan atau mematuhi protokol kesehatan yang ada. Aku nggak menyalahkan ya, aku cuman berpesan. Pun aku juga nggak menggoblokkan kerumunan, keramaian dan aktifitas yang kamu lakukan. Aku cuman goblokin story atau postingan yang kamu buat dan di tag ke akun tertentu. Selain itu, kerumunan dan keramaian yang dibuat juga bikin kesel orang yang melakukan anjuran pemerintah. Mereka juga pengen belanja, pengen berkumpul dan membuat keramaian. Tapi masih mereka tahan, demi mau mematuhi anjuran pemerintah. Aku rasa, ada hati yang harus dijaga.

Terus, buat yang mematuhi anjuran pemerintah dengan WFH, SFH, PFH dan menerapkan protokol kesehatan yang berlaku, nggak apa, jangan panas kalau ada berita yang bilang ada kerumunan ini itu, tidak pakai masker ini itu, aku yakin kalian lebih bisa menahan amarah dan lebih pandai dalam menyikapi hal tersebut. Buktinya, anjuran pemerintah aja dipatuhi. Apalagi cuman merelakan diri untuk sedikit berbesar hati dengan tidak menyalahkan, mengatai dan menggoblok-goblokkan orang yang tidak melakukan apa yang kamu lakukan. Tenang aja, walaupun fakta dilapangan kayak begitu, kita semua udah tau. Tapi berita juga mengeluarkan fakta seperti di atas. 

Jadi, kita ikuti saja apa himbauan pemerintah berikutnya. Kita taati apa himbauan pemerintah setelah ini. Jangan sampai kata-kata brengsek ini "Warga Indonesia itu maunya semua hidupnya diurusin pemerintah. Tapi nggak mau diatur pemerintah" menjadi benar terwujud dan nyata.

Ku rasa, BHINEKA TUNGGAL IKA nggak cuman semboyan...

Karena telah berkembang menjadi perbedaan yang tidak hanya suku, agama dan ras saja. Tapi berbeda pendapat, berbeda pandangan tapi tetap satu juga.

Jadi Coronavirus? ASUUUU!!!!

Tapi walaupun ASUUU banyak hal positif yang bisa kita ambil dengan adanya wabah tai ini. Ada banyak pelajaran baru yang bisa kita pelajari karenanya.

Bakso Corona Pekalongan

Eh aku cek google kok Bakso Corona Pekalongan lagi naik tajam ya? Aku kok malah baru ngerti ada bakso Corona Pekalongan? Aku sama sekali nggak bahas bakso corona pekalongan di artikel ini. Jadi kalau yang mau mencari informasi tersebut, artinya kamu nyasar wkwkwkwk... Terus kenapa kok ditulis Bakso Corona Pekalongan? Biar artikel ini naik, aku tau ini artikel nggak akan naik kalau nggak ada bumbunya, ibarat makanan. Nah, ini bumbu biar artikel ini naik, dengan memberi sentuhan bumbu pada kata-kata Bakso Corona Pekalongan yang lagi naik tajam di mesin pencarian google. Buat apa tujuannya kalau nggak Adsense wkwkwkwk. Udah ah, bahasannya udah semakin keluar dari bahasan utama. Daripada artikel ini jadi ngelantur, mending sudahi sampai disini saja.

Show comments
Hide comments
Tidak ada komentar:
Write comment

Back to Top