Selasa, 31 Maret 2020

Contoh Kearifan Lokal di Cikoromoy: Tempat Wisata yang Tidak Palak Wisata





Contoh Kearifan Lokal di Cikoromoy

Kayaknya, kearifan lokal adalah hal yang sudah mulai langka ditemui di Negara Indonesia tercinta ini. Apalagi untuk tempat wisata sekelas Cikoromoy yang sudah mulai menjadi tempat yang digunakan sebagai sumber mata pencaharian masyarakat sekitar. Biasanya, tempat wisata adalah salah satu tempat dimana perkembang budaya palak wisata berkembang pesat. Tapi tidak di Cikoromoy. Dari objek wisata Mata Air Cikoromoy, aku belajar bahwa hal kecil yang pernah ku alami di sana adalah contoh kearifan lokal di Indonesia yang patut dijaga, dilestarikan dan dikembangkan lagi. Gini ceritanya...

Kearifan lokal sendiri dapat diartikan sebagai kebiasaan baik atau budaya suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sehingga, nilai baik itu tertanam dan dipatuhi oleh masyarakat.

Berkaca dari pengertian kearifan lokal tersebut di atas yang ku sadur dari beberapa sumber, aku jadi nggak habis pikir. Ada ya di zaman sekarang tempat wisata yang masih kayak gini. Itu adalah yang ku pikirin pertama kali setelah puas menjelajahi dan grepekin setiap lekukan seksi si Cikoromoy ini. Dari baru pertama kali menginjakkan kaki sampai meninggalkan Cikoromoy, banyak hal baik yang kuanggap sebagai kearifan lokal yang masih sangat terjaga di objek wisata Mata Air Cikoromoy ini. Tapi ya nggak semuanya baik sih, ada beberapa hal yang menurut ku harus dibenahi di Cikoromoy supaya menjadi tempat wisata yang lebih baik lagi.

Contoh Kearifan Lokal

Tempat Wisata yang Tidak Palak Wisata
Kasih Foto dulu ah, Biar Semangat Bacanya
Beberapa contoh kearifan lokal yang bisa ku jumpai secara langsung di Cikoromoy sewaktu aku mendatangi tempat tersebut; Mungkin contoh kearifan lokal yang ku tulis di sini adalah hal yang sekarang sudah bukan dianggap sebagai kearifan lokal di Indonesia. Zaman sekarang, yang dianggap sebagai kearifan lokal serta yang diagung-agungkan dan dipromosikan sebagai kearifan lokal biasanya berkisar pada bidang kesenian dan kebudayaan masyarakat setempat. Tapi enggak di Cikoromoy, hal kecil yang nyatanya sudah berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun menjadi kebiasaan baik dan ciri bangsa Indonesia, tapi malah dilupakan dan tidak dianggap sebagai kearifan lokal, ternyata masih ada di objek wisata Mata Air Cikoromoy Pandeglang ini. Hal tersebut diantaranya adalah:

Ramah

Ya, seperti yang udah ku tulis di postingan sebelum ini, kalau masyarakat sekitar, terutama yang rumahnya dilewatin sebagai jalan setapak utama menuju ke Objek Wisata Mata Air Cikokomoy, sebagian besar ramah kepada pengunjung. Padahal aku memang orang asing yang sama sekali belum pernah bertemu sebelumnya. Keramahan tersebut dibuktikan ketika aku nggak tau lagi jalan mana yang harus ku lalui untuk sampai ke tempat tujuan ku. Karena nggak ada papan penunjuk arah. Dengan sigap warga sekitar yang sedang duduk-duduk di teras rumahnya menanyai tujuan ku. "Mau ke Cikiromoy ya?". Baru sempat aku mejawab iya pak, bapak tersebut langsung menunjukkan arah mana yang harus ku lalui. Padahal aku tau, pasti bapak tersebut bukanlah orang yang ikut andil dalam pengelolaan atau pengembangan wisata di Cikoromoy jika dilihat dari seragam yang dia gunakan.

Baca Juga: 
Lain halnya dengan segerombolan ibu-ibu yang lagi julid di pinggiran gang sempit yang ku lewati, aku sengaja nggak menyapa. Karena emang kebiasaan ku kalau sama orang nggak kenal ya emang kayak gitu. Eh ibu-ibu tersebut malah langsung menanyai dan menunjukkan arah. "Mau ke Cikoromoy ya? Itu lewat sana aja lebih enak jalannya, udah paving semua soalnya". Di tempat wisata lain, boro-boro ada orang lewat langsung nyapa. Sampai kesasar pun, kalau nggak tanya duluan, nggak bakalan dikasih tau. Apalagi kalau waktu tanya tapi menggunakan bahasa atau tata cara yang dianggap nggak baik dan nggak sopan oleh masyarakat sekitar, pasti langsung disasarin. Tapi hal tersebut, nggak ku jumpai di Cikoromoy ini. Keramahan yang nyatanya merupakan contoh kearifan lokal turun temurun bangsa Indonesia, masih terlihat di Cikoromoy.

Murah Senyum


Tempat Wisata yang Tidak Palak Wisata
Bukan Ilustrasi Sebenarnya, Gambar Hanya Pemanis Saja. Gambar oleh Thinh Nguyen Gia dari Pixabay
Ada yang masih ingat nggak kalau murah senyum adalah kebiasaan baik yang sudah turun temurun membudaya di Indonesia? Ada yang masih menganggap hal tersebut sebagai kearifan lokal? Ku rasa udah jarang ya. Apalagi di zaman sekarang, udah nggak sedikit orang yang memanfaatkan senyuman sebagai jalan untuk memuluskan kejahatan. Kalau di jalan ketemu orang nggak kenal terus ngelempar senyum, pasti langsung curiga dan berprasangka buruk terhadap orang tersebut. Ya, aku pun juga merasakan hal yang begitu. Maka, terbentuklah kebiasaan biasa aja atau cenderung nyuekin orang nggak kenal yang lewat. Apalagi di tempat wisata yang udah komersial. Istilah ada duit ada senyum, nggak ada duit masa bodoh; udah bukan barang baru.

Hingga akhirnya kebiasaan tersebut ku bawa juga ke Cikoromoy. Otak ku langsung memproteksi diri untuk biasa aja dan cuek-cuek aja sama orang nggak kenal yang ku lewatin. Alih-alih mendapat perlakuan yang sama dengan tempat wisata yang lainnya, setiap aku ngelewatin jalanan yang ada orang berkumpulnya, selalu muka bahagia dengan senyuman yang ku lihat. Pun walaupun kami nggak saling kenal dan nggak saling sapa, tapi senyuman dari warga kampung di Cikoromoy memberikan suatu kenangan tersendiri. Kalau Cikoromoy cuman kampung doang dan nggak deket tempat wisata, ku rasa hal tersebut di atas masih merupakan hal yang wajar ya. Gila sih ini, ini tempat wisata loh. Bukan kampung doang. Tapi kampung yang deket tempat wisata. Dan mereka masih menjaga budaya murah senyum? Gila sih Cikoromoy. Keren Banget!

Aman

Emang sih, di Cikoromoy pengamanan di tempat wisatanya belum seketat dan sebaik tempat wisata sejenis lainnya. Emang sih di sana nggak ada life guard yang siap sedia menolong pengunjung yang mungkin akan tenggalam. Emang sih di sana belum ada pagar pengamannya, belum ada tanda peringatan barbahaya, tanda jalur evakuasi atau tanda dan hal lainnya yang berhubungan dengan koridor keamanan. Hal-hal tersebut sama sekali belum ku lihat ada di Cikoromoy. Terus kenapa aku berani memasukkan aman sebagai contoh kearifan lokal yang ada di Cikoromoy? Padahal kan udah jelas aman bukan contoh kearifan lokal. Serta dengan nggak adanya koridor pengamanan yang jelas, artinya tempat tersebut nggak aman dong? Terus, kenapa aman malah disebut?

Jadi ceritanya, temen ku ada yang kehilangan hp. Udah dicari kemana-kemana, di luar mobil, didalem mobil juga nggak ada. Sampek bongkarin barang bawaan, keluarin semua dari mobil. Tetep nggak ketemu hpnya. Akhirnya ada bapak-bapak nanyain kita. Habis itu kita jelasin dong panjang lebar. Ternyata bapaknya tukang parkir kan, waktu ada kendaraan dateng, makanya dia berlalu begitu aja markirin kendaraan setelah bercakap-cakap dengan kami. Anehnya, hp ditelpon masih nyala. Masih aktif. Gila sih ini, masa orang nyolong, hpnya masih dinyalain, pikiran jahatnya gitu kan. Karena keadaan hujan, akhirnya kita milih buat masukin barang-barang ke dalem mobil lagi. Berhubung masih penasaran, akhirnya didalem mobil dan masih berusaha telponin hpnya kan. Sekitar 10 menit berlalu, tiba-tiba ada bapak-bapak dateng terus ngasih hpnya. Sambil bilang, ini tadi hpnya jatuh di deket pintu. Udah, bapaknya berlalu gitu aja tanpa minta apapun atau ngode kalau minta sesuatu.

Gila sih ini. Lagi-lagi aku dibuat terkagum-kagum sama Cikoromoy. Tempat wisata, ada hp hilang tapi bisa balik lagi. Nggak habis pikir aku sih. Ya gimana, hp hilang bisa ketemu lagi. Tanpa dicari pake aplikasi "find my phone" punya google.

Baca Juga: Black Canyon Pekalongan

Tidak Palak Wisata

Coba deh kamu beli air mineral merk terkenal di tempat yang katanya tempat jualan punya umkm di daerah tempat wisata. Pasti harganya dipatok 5 ribuan kan ya. Di Cikoromoy enggak lah. Jualan diharga normal 3000an. Setelah kejadian hp hilang di atas, kita lihat kan bapaknya menuju ke suatu warung. Yang kita kira itu warung punya dia. Akhirnya mampir ke warung tersebut, terus beli minuman. Padahal udah pasang badan kalau mungkin harganya akan dipatok mahal. Selain karena udah balikin hp yang hilang, ini warung adanya di tempat wisata. Jadi, sudah bisa dipastikan kalau harganya akan mahal. Tapi ternyata enggak dong. Harganya masih wajar dan nggak ada tuh kata-kata minta imbalan dari ngebalikin hp. Salut sih aku sama Cikoromoy yang masih bisa membuat nyaman pengunjung dengan harga yang tidak palak wisata.

Pun begitu juga dengan warung yang kami kunjungi untuk mandi dan sekedar mengisi perut di dekat Cikoromoynya. Harganya wajar, nggak palak wisata. Padahal ini di tempat wisata. Ibu yang jaga pun kembali mencerminkan keramahan dan murah senyum seperti yang ku tulis di atas. Hingga akhirnya ngobrol panjang lebar, dikasih tau tempat wisata mana aja yang layak dikunjungi di daerah Banten ini. Karena setelah ini kami akan mengunjungi perkampungan suku Baduy, ibunya pun memberikan tips agar supaya kita nggak kena tipu waktu mengunjungi Baduy.

Terus siapa yang bilang kalau kearifan lokal cuman seni sama budaya doang? Tapi Ramah, Murah Senyum dan nggak suka nipu adalah hal baik yang sudah turun temurun jadi budaya di Indonesia. Kenapa nggak dimasukin dalam kearifan lokal yang patut dijaga dan dilestarikan?

Terus siapa bilang tempat wisata pasti komersial? Nggak semuanya. Di Indonesia masih banyak orang baik yang hidup sampai sekarang.

Kalau nggak percaya, dateng aja ke Cikoromoy kalau berani!

Tips Sebelumnya:

Show comments
Hide comments
Tidak ada komentar:
Write comment

Back to Top