Sabtu, 22 September 2018

Tasaro GK - Dahlan Iskan: Senyum Dahlan (Review Buku)






Setelah sekian lama segmen PAPABUKABUKU hadir di Papabackpakcer, baru kali ini aku kepikiran untuk membuat segmen tersebut jauh lebih hidup dibanding sebelumnya. Kalau sebelumnya cuman ada daftar buku yang udah ku baca dalam rentang waktu tertentu, kali ini aku akan sedikit membahas dan menceritakan pengalaman ku setelah membaca buku tersebut. Ini bukan resensi buku, aku pun nggak ngerti caranya meresnsi buku. Jadi ini murni pesan, kesan atau hal baik apa yang akhirnya ku peroleh dan terngiang-ngiang sehingga dapat kuambil pelajaran positif darinya.

Senyum Dahlan ini serial ketiga dari Trilogi Novel Inspirasi Dahlan Iskan. Serial pertama berjudul Sepatu Dahlan, kemudian serial kedua berjudul Surat Dahlan yang ditulis sama Khrisna Pabichara. Karena udah terlanjur menyelesaikan membaca kedua serial sebelumnya, aku jadi penasaran sama serial terkahirnya. Tulisan Khrisna Pabichara di serial sebelumnya udah berhasil menghipnotis ku dan membuat penasaran. Alam bawah sadarku otomatis berkata "Pasti serial ketiganya bakalan nggak kalah seru". Waktu ku tau yang nulis Senyum Dahlan bukan Khrisna Pabichara, aku tetep penasaran sama isinya. Karena itu, tanggung lah yang pertama sama kedua udah baca, masa yang ketiganya enggak baca sih. Jadilah ku beli buku tersebut.

Disini aku agak spoiler. Tapi, kalau mau tau ceritanya lengkapnya, baca aja bukunya. Aku sedikit kecewa sih sama tulisan Tasaro GK ini. Nggak semenarik apa yang disuguhkan Khrisna Pabichara pada kedua serial pendahulunya. Lihat deh daftar buku yang udah ku baca di PAPABUKABUKU. Setelah terakhir aku baca Teman Tapi Menikah 2 punya Ditto Percussion sama Ayudia Bing Slamet yang ku selesaikan membacanya pada bulan Mei 2018, tiga bulan setelahnya nggak ada satupun buku yang berhasil ku selesaikan untuk membacanya. Ya karena itu, tulisan Tasaro GK nggak sesuai ekspektasiku, menurut ku sih nggak semenarik tulisan Khrisna Pabichara. Karena ketidak menarikan itu, jadi bikin aku nggak penasaran sama kelanjutan kisahnya. Tapi, hati kecil ku bilang "Elaaah tanggung amat sih nggak ngelarin. Jangan buka buku yang lainnya sebelum Senyum Dahlan ini selesai dibaca. Eman-eman duit yang buat beli bukunya kan kalau Senyum Dahlan dilewatkan" Gitu pikir ku. That's why PAPABUKABUKU udah lama nggak update.

Tapi karena paksaan itu, walaupun lama buanget. Akhirnya aku berhasil menyelesaikan buku Senyum Dahlan ini. Under estimate ku mulai pecah dan luntur ketika udah pertengahan buku. Menurutku, Senyum Dahlan baru menarik setelah setengah buku terlewati. Hingga akhirnya aku menemukan beberapa hal yang kuanggap menarik dari buku ini. Diantaranya adalah sebagai berikut:


"Perjalanan kadang harus dimulai dengan keterpaksaan. Meninggalkan satu takdir menuju takdir lainnya. Meninggalkan banyak nama dan berharap akan bertemu dengan nama-nama yang baru" - Senyum Dahlan Halaman 263

Cuplikan di atas menurut ku bener banget sih. Aku pernah mengalaminya. Nggak cuman dalam satu kejadian, tapi dalam beberapa kejadian yang berbeda. Tapi intinya sama "Keterpaksaan meninggalkan kenyamanan kemudian berharap dengan nama-nama yang baru". Buat yang belum pernah baca ceritanya, bisa dibaca lewat melalui link yang kubagiin habis setelah ini.

Menarik juga buat dibaca:
1. Pindah 3 Kali Dalam 1 Tahun
2. KKN Sepanjang Masa


"Kamu tidak bisa bersikap macam priayi yang hanya melakukan bagianmu, lalu berpikir segalanya akan selesai dengan sendirinya" - Senyum Dahlan Halaman 157

Nggak ngerti kenapa cuplikan di atas nyentil aku banget. Manusia emang harus jadi robot kayaknya. Nggak bisa bersikap "Jobdesk ku ini doang. Udah ku kerjain semua. Jadi, yaudah tugas dan tanggungjawab ku otomatis udah selesai dong". Mungkin kayak gitu bakalan banyak dijumpai di sekitar mu kan? Apalagi yang udah berkecimpung di dunia kerja. "Aku dibayar cuman buat ngerjain jobdesk ku doang. Tugas lain udah diurus orang lain yang emang udah jobdesk-nya dia. Kalau aku ngerjain jobdesk lainnya, harusnya aku dapet tambahan dong?". Kalau otak dan sikap mu adalah sebagai pekerja. Silahkan terapkan apa yang ku tulis di atas. Tapi kalau kamu mau lebih dari hanya sekedar seorang pekerja, jangan lakukan hal di atas. Lakukanlah apa yang ku cuplik dari Senyum Dahlan di atas. Walaupun saat ini posisi mu sebagai pekerja, but if you doing that ("Kamu tidak bisa bersikap macam priayi yang hanya melakukan bagianmu, lalu berpikir segalanya akan selesai dengan sendirinya") yakinlah, gelar pekerja mu akan segera luntur untuk menjemput takdir baru "memperkerjakan orang". Nggak usah mikirin tambahan uang kalau kamu ngerjain sesuatu diluar tanggung jawab pekerjaan mu. Pikir aja, "kelebihan" tanggung jawab mu itu sebagai amal yang akan dibalas dan diberi tambahan langsung oleh Tuhan.


"Kamu tidak bisa bersembunyi di belakang kesulitan yang kamu alami selama liputan. Kamu tidak bisa beralasan sedang sakit kepala, putus cinta, atau bokek" "Deadline ya deadline... Dia membunuhmu dan tidak bisa sebaliknya" - Senyum Dahlan Halaman 157

Selama hidup ku, aku banyak mengalami hal ini. Banyak orang bersembunyi dan berkesan mencari aman dibalik halangan yang dihadapinya. Pada awalnya, orang-orang tersebut bersikap macam priyayi. Hanya mengerjakan apa yang menjadi jobdesk-nya. Setelah ada kesulitan yang menghalanginya, dia melupakan segalanya, termasuk jobdesk-nya. Makanya, jangan bersikap macam priyayi. Bantulah orang lain yang emang kamu bisa untuk membantunya. Yakinlah, suatu saat ketika kamu mengalami kesulitan dalam mengerjakan dan menyelesaikan jobdesk mu. Hingga nampaknya deadline akan mundur menjadi sudden death. Ketika saat itu tiba, tanpa kamu meminta bantuan pun, orang lain akan dengan senang hati memberi mu pertolongan. Pada akhirnya kamu akan bisa mencapai "Deadline ya deadline".

Dari buku setebel itu, yang selalu terngiang dipikiran ku cuman tiga hal di atas sih. Hal diatas bakalan bisa banget kalau ku terapkan pada diriku sendiri. Mungkin akan berkembang menjadi hal-hal positif lainnya yang pola dasarnya dari ketiga hal tersebut di atas. Atau kamu yang udah baca buku ini punya hal positif lain yang sekiranya bisa dibagikan ke orang lain? Kalau ada, silahkan tinggalin di kolom komentar. Nanti bakalan ku tambahin dibawah tiga hal yang udah kusebutkan di atas.

Jadi, kapan terkahir kali kamu baca buku?

Kalau aku sih, terakhir baca buku ini

Show comments
Hide comments
Tidak ada komentar:
Write comment

Back to Top