Kamis, 26 September 2019

RUU KUHP dan Pasal Kontroversialnya di Sahkan Pemerintah. Kenapa Emangnya?





Sumber: Tirto.id
Emang kenapa sih kalau RUU KUHP dan Pasal Kontroversialnya di Sahkan Pemerintah? Emang ada yang "salah" sebegitu fatalnya ya? Kalaupun toh iya, ya kenapa emangnya? Manusiawi lah, wong anggota DPR juga manusia kan. Jadi ya wajar aja kalau membuat kesalahan. Pun juga dengan mahasiswa yang "pengennya" demo dan menyampaikan aspirasinya, malah kebablasan jadi anarkis. Toh juga manusia biasa yang bisa juga melakukan kesalahan. Apa iya DPRnya yang goblok? Ataukah iya Mahasiswanya yang tolol?

Sebelumnya dirunut dulu ya, DPR terpilihnya gimana sih? Kan yang menentukan juga kamu-kamu dan kita-kita semua yang dulu milih si DPR tersebut kan? Coba diinget, dulu waktu pemilihan DPR, kamu menggunakan hak pilih mu nggak? Kamu milih itu DPR emang bener-bener milih atau cuman asal milih doang? Terus, itu kamu milih karena suara mu bisa dibeli atau emang dari hati nurani mu sendiri? Kalau kamu dulu nggak milih dan nggak menggunakan hak pilih mu, dulu suara mu di beli, dulu milih DPR ngasal doang. Buat apa sekarang kamu protes DPR DPR? Rak sumbut! Percuma kamu demo ini itu, dalam prosesnya aja kamu udah skip beberapa langkah. Terus buat apa sekarang demo? Pikir coba deh. Ada missing link nggak di sana? Jelas ada. Beda cerita buat kamu yang dulu menggunakan hak pilihnya, suaranya nggak dibeli dan milih karena emang pilihannya dan dari hati nurani mu. Silahkan demo, tagih janjinya. Itu baru pas, sesuai keadaan. Memang harus kayak gitu sih kalau menurut ku.

Makanya to kalau ada pemilu, jangan ngeremehin. Kalau emang harus datang dan meluangkan waktu buat milih, ya datang dan luangkan waktu lah. Milihnya pun juga jangan ngasal. Apalagi sampai suaranya bisa dibeli. Kalau keadaannya udah yang katanya "ada yang tidak beres dengan negeri ini" baru kerasa kan kalau pilihan kamu, pilihan kita nggak sesuai dengan yang kita harapkan. Pilihan kita ggak bisa memperjuangkan aspirasi kita sebagai warga masyakat biasa. Baru kerasa kan kalau pemilu itu penting banget? Apalagi yang katanya masa depan bangsa dipertaruhkan di momen tersebut.

Kalau tujuannya kayak gini, ngapain sih pada demo-demo nggak jelas? *KALAU
Sekarang, bahas MAHASISWA. Terdiri dari dua kata yaitu Maha dan Siswa. Maha itu sesuatu yang wah, superior dan hal-hal lainnya yang menunjukkan kedigdayaan. Sementara siswa ya sebagaimana pelajar pada umumnya. Jadi bisa dibilang kalau mahasiswa ini adalah pelajar yang "wah", pelajar yang maha, pelajar yang punya kedigdayaan tersendiri. Logikanya, mahasiswa adalah sesosok yang seharusnya menjadi percontohan bagi siswa atau bahkan masyarakat lainnya. "Harusnya" stigma yang terbangun adalah sesosok pemuda atau pemudi yang merupakan representasi "baik" dari kelompok masyarakat yang ada (Kaum Terpelajar). Setuju nggak?

Tapi, permasalahannya nggak semua mahasiswa menjadi representasi baik dari siswa. Jujur aja deh, dulu aku pernah kuliah di salah satu kampus negeri ternama di salah satu kota besar yang ada di provinsi Jawa Tengah. Ini kampus konon katanya keren. Hal-hal baik selalu bermunculan dari kampus ini. Pun demikian dengan nggak sedikitnya menteri di republik ini merupakan alumni dari kampus tersebut. Mungkin di masyarakat akan muncul representasi orang yang kuliah di kampus itu adalah orang-orang yang pintar.

Sebegitunya sama mantan? Nggak ada mantan mu, pacar mu yang sekarang pu nggak ada.
Setelah dengan mudahnya aku masuk ke sana, ternyata kampus ini ya nggak gitu-gitu amat. Nggak se wah yang dibicarakan masyarakat. Temen-temen kelas ku yang notabene adalah anak-anak pintar (Dulu di SMAnya pasti nilainya bagus) pun juga melakukan praktek yang namanya titip absen, nyontek waktu ujian, numpang nama doang waktu ngerjain tugas kelompok dan tidak tepat waktu kalau janjian. Ekspektasi ku berbanding terbalik seratus delapan puluh derajat dari apa yang dikoar-koarkan masyarakat. Jujur aja, aku kecewa berat. Ya, walaupun nggak semua yang kuliah di sana melakukan praktek negatif tersebut. Tapi, yang ku tau yang melakukan hal tersebut nggak bisa dikatakan sedikit. Jadi, itulah stigma yang ada di kepala ku tentang mahasiswa.

Balik lagi ke badai protes tentang RUU KUHP yang dirumuskan oleh DPR kemudian ditentang habis-habisan oleh sekelompok yang menamakan diri mereka sebagai mahasiswa. Pertama kali denger berita ini aku langsung mikir "Oh shit, ini mau pada ngapain sih? Yakinlah ujung-ujungnnya bakalan kecewa". That's why aku bikin story yang seakan-akan "memojokkan" mahasiswa. Padahal niat ku nggak di sana. Akan ku jelaskan semuanya di sini. Sengaja emang, biar blog ku rame.


Nih yang ku bilang, mahasiswa harusnya tau aturan, pun dengan aturan lalu lintas. Ini mereka mau demo mau protes orang-orang di dpr yang katanya kebangetan karena nggak punya otak tapi sendirinya yang nggak punya otak bukan? Lihat tu loh melanggar lalu lintas sampai segitunya? Pantes gitu disebut mahasiswa? Mbok ya o yang gentle dong, ku tau kamu nggak ngendarain kendaraan mu ke tempat demo karena nggak mau kendaraan mu dirusak masa kan? Sebebal itu kah pemikiran mu hai para mahasiswa? Rak sumbut!

Ku bikin story ini lalu ada yang bales "Ya karena mereka lelah selalu nggak ada respon dari pemerintah". Hei, tau nggak kalau semuanya itu ada prosesnya. Semuanya ada alurnya. Nggak serta merta kamu kayak misal kamu minta ini tetiba ada di depan MATAMU. Nggak bisam harus ada birokrasi yang dilalui dulu. Nggak se bar-bar itu caranya. Main bentak, main maki, kamu pikir negeri ini negeri yang baru kemarin sore lahir? Nggak cuy. Paham lah, emang ada birokrasi yang harus dilalui. Bukannya nggak ada respon, cuman belum muncul aja itu respon. Se-nggak sabar itu ya mahasiswa sekarang?



Nih persih sama yang ku tulis di atas rasanya tuh aku pengen bilang juga supaya azab turun ke mahasiswa yang demo tapi masih tukang nyontek, tukang titip absen, tukang numpang nama waktu kerja kelompok dan mahasiswa tukang ngaret. Rak sumbut! Nyumpahin orang biar kena azab, tunggu giliran mu ntar disumpahin sama mahasiswa temen mu yang nggak nyontekan, nggak suka titip absen dang nggak cuman numpang nama doang waktu kerja kelompok. Tunggu giliran mu disumpahin.

Aku tuh kadang bingung sama mahasiswa sekarang, kerjaannya korupsi waktu kalau janjian (Telat), korupsi kehadiran (Titp absen), korupsi otak kalau ujian (Nyontek), korupsi kehadiran (Nama doang waktu kerja kelompok) tapi protesn DPR. Ngaca cuk! Keseharian mu kayak gimana? Pantes gitu protes kayak gitu? Lain cerita kalau yang protes mawapres yang emang udah berprestasi di kampusnya. Yakinlah dia bakalan lebih dewasa ketimbang mahasiswa dengan kriteria di atas yang demo bar-bar nggak jelas. Kalau para mawapres yang demo, mungkin akan mengikuti alurnya, mengikuti prosedurnya, nggak perlu rusak fasilitas umum ini itu. Lah ini mahasiswa nggak jelas tukang tipsen, tukang nyontek, mau ngapain mereka?

Kesel banget aku sama ini. Ini orang almetnya dari kampus beken tapi nggak pernah baca RUUnya kali ya? Padahal RUUnya bunyinya kayak gini (Sampingnya):

Baca baik-baik cuk! Selangkangan mu aman. Mau kamu obral ke siapa pun bebas, bisa, asal nggak ketahuan dan nggak ada yang ngelaporin. Siapa bilang kenthu dibui?

Emang selama ini kamu kentu nggak aman? Pasti aman lah. Daerah atas emangnya sering razia kos-kosan? Nggak cuk! Apalagi di kosan cowok, cewek masukin kamar terus kamar tutup pun aman-aman aja, gitu kok khawatir kenthu dibui. Tenaaang kali, sana mah bakalan aman deh.

Aku juga paling kesel kalau ada yang bilang "Ya gimana, polisinya dulu yang nyerang". Eh punya otak dipake dikit yuk. Coba bayangin, kalau ada demo, pasti polisi bikin barikade untuk menghalangi pendemo masuk ke suatu tempat yang didemo. Baca cuplikan dari intagramnya tirto.id di atas "Kericuhan bermula saat mahasiswa mencoba masuk ke gedung DPR". Jadi, logika mu mau mengatakan kalau polisi duluan yang main pukul? Jelas tidak. Pasti yang katanya mahasiswa itu cari gara-gara dengan menjebol barikade. Jebolnya gimana? Nendang, dorong, ngeludahin polisi. Pantes nggak sih yang katanya mahasiswa melakukan hal tersebut? Menurut ku sama sekali nggak pantes. Pun kalau aku jadi polisinya dan mendapat perlakuan seperti itu. Lalu, aku tau si pembuat onarnya, ntah itu mahasiswa atau bukan, pasti bakalan ku kejar ku bales. Terus kalau kayak gini situasinya dan kamu mau menyalahkan polisi? Goblok kamu!

Oke, kayaknya bagian mendebat yang ngakunya mahasiswa cukup. Nggak mau ku panjangin lagi. Menghadapi mahasiswa yang jiwanya masih menggebu-gebu gitu sulit. Pasti nggak maui kalah. Apalagi dengan jumlah yang katanya mahasiswa sebanyak itu bertebaran di media. Semakin berani mereka. Semakin bar-bar. Apalagi berlindung di nama besar almamaternya.


Kalau aku mau demo, apalagi pakai nama mahasiswa, ku rasa aku bakalan menghadirkan terobosan baru cara demo yang elegan, nggak bar-bar, nutup jalan, ngerusak fasilitas umum, kayak gitu kok nyebut dirinya mahasiswa. Nggak malu emang? Wkwkwk. Nih, cara elegan buat demo zaman now:

Kumpulin semua mahasiswa, mintai iuran. Buat apa? Duitnya kumpulin buat bikin iklan satu halaman full di setiap koran yang terkenal. Apa yang mau disuarakan? Tolak ini itu? Suarakan lah. Bayar space iklannya, buat satu halaman full. Kalau perlu bikin iklan masukin ke tv, suarakan apa yang mau disurakan. Nggak perlu turun ke jalan cuk. Nggak perlu bikin macet jalanan. Nggak perlu merusak fasilitas umum. Semua penjuru bakalan tau apa yang mau kamu sampaikan. Think smart dong. Masa tahun 70 tahun 90 in tahun 19 mau sama kayak periode sebelumnya? Mahasiswa tahun 2019 masih kayak tahun udik tahun 70 tahun 90an? Jadi, bisa dikatakan mahasiswa nggak berkembang dong? Lantas ngapain ada mahasiswa? Wkwkwk

Dah lah, terlepas dari siapa yang benar. Menurut ku semuanya benar. Tergantung dimana kita stand up. Dimana kita berada. Yakinlah ini cuman masalah sudut pandang doang. Semuanya benar asal nggak melanggar aturan dan hukum ya. DPR benar kok, emang tugasnya begitu kan? Bikin undang-undang? Mahasiswa juga bener kok, mau menyampaiakan aspirasinya (kalau nggak ricuh ya). Jadi, bener semua kan aslinya?

Kalau kamu mau ngomong goblok, semuanya juga goblok. Tergantung darimana kita stand up. Dimana kita berada. Mahasiswa goblok karena emang tabiatnya manusia Indonesia zaman sekarang yang nggak suka baca. Jadinya gampang kemakan cuplikan postingan. Padahal aslinya nggak kayak gitu. DPR juga goblok, kalau katanya Hotman Paris mah banyak pasal yang nggak jelas dan rancu. Jujur aja, aku nggak ngerti mana yang rancu, karena aku nggak baca semua itu pasal. Jadi, goblok semua kan aslinya?

Terus, kamu masih mau salah-salahan? Masih mau nuding goblok-goblokan? Masih mau menganggap dirinya paling benar? Cuk! Negara mu akan jauh dari kata maju kalau masih mengedepankan begituan.

Baca Juga: Turunkan Presiden Jokowi. Batalkan Pelantikan DPR Baru!

Show comments
Hide comments
Tidak ada komentar:
Write comment

Back to Top