Kamis, 18 September 2014

Kebumen Semok 3: Pantai Ayah, Sunsetnya Keren Juga Loooh. Nggak Kalah Dibanding Bali!






Intro: Ini adalah serial terakhir dari ”Kebumen Semok”. Pada bualan kali ini, Papa akan mengkisahkan tentang suatu tempat yang memiliki pemandangan yang ciamik. Pemandangan yang nyatanya bisa juga ditemukan di tempat yang enggak seterkenal Semarang ini, Kebumen. Secara harfiah, batas selatan dari Kebumen adalah Samudra Hindia, yang menurut pengamatan Papa sejauh ini, daerah yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia biasanya pemandangan lautnya oke. Apakah iya seperti itu?

Ada kalanya manusia harus mengistirahatkan matanya dari hal-hal yang telah menjadi rutinitasnya. Seperti mencontek bagi pelajar zaman sekarang, eh bukan deng, tapi belajar dan membaca. Berkutat dengan tulisan-tulisan yang isinya angka semua, isinya pasal-pasal, isinya rumus-rumus pasti itu sangat membosankan bukan?

Iya, itu yang sejatinya sedang Papa rasakan saat itu. Hingga akhirnya, Papa memilih Kebumen sebagai tempat pelampiasan. Di kota ini, setidaknya ada tiga tempat yang Papa kunjungi. Diantaranya adalah Benteng Van Der Wijck, Goa Jatijajar dan Pantai Ayah. Untuk tempat terakhir yang disebutkan, akan secara khusus dibahas dalam bualan kali ini.

Hayo... udah pernah lihat gimana foto geniknya Benteng Van Der Wijck belum? Udah pernah lihat secantik apa Goa Jatijajar belum? Kalau belum sih bisa dilihat di dua link berikut: Van Der Wijck, Tempat Syuting The Raid 2 dan Jatijajar, Goa Cantik Banyak Yang Ngelirik

Oke, lanjut!


Pantai Ayah terletak sekitar 8 kilometer selatan Goa Jatijajar, atau 53 km dari Kota Kebumen, tepatnya di Kecamatan Ayah. Intinya, kalau dari Goa Jatijajar sih enggak dibutuhkan waktu lebih dari 20 menit untuk mencapainya. Pantai ini merupakan pantai yang berada di bagian selatan Pulau Jawa, yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Tidak seperti kebanyakan pantai yang berada di Gunung Kidul, yang kebanyakan akan dijumpai pedagang yang berjejer menjajakan dagangannya di bibir pantai, di Pantai Ayah sangat jarang ditemui pedagang, atau bahkan tidak ada.

Jujur saja, waktu pertama kali Papa menginjakkan kaki di sana, kesan pertama yang Papa tangkap adalah ”Pantai ini kotor”. Walaupun nama tempat wisata ini adalah ”Pantai”, akan sulit ditemukan gundukan pasir yang biasa tersedia ditempat yang menamakan dirinya sebagai ”Pantai”. Peran dari pasir pantai digantikan oleh tebing yang terbuat dari beton yang sengaja dibangun untuk menghalangi ombak pantai selatan yang terkenal ganas. Agak aneh memang, ketika mengunjungi tempat wisata yang namanya ”Pantai” tetapi tidak ada pasir pantainya. Bukankah esensi dari sebuah pantai adalah pasirnya?


Tapi tak apa, untuk memasuki kawasan wisata ini tidak dipungut biaya sama sekali kok. Atau mungkin karena Papa mengunjungi tempat itu hanya beberapa saat sebelum matahari terbenam ya? Jadinya tidak dipungut biaya. Karena menurut pengamatan dan pengalaman Papa, kebanyakan pantai yang memiliki loket pembelian tiket telah ditutup setelah pukul 4 sore. Kecuali ada event tertentu, ada orang tenggelam misal. Jadi, walaupun ada pos untuk pembelian tiket, yakinlah bahwa tidak ada penjaganya. Tapi kalau ke Pantai Ayah mah, santai aja, wong nggak ada loket retribusi kok.

Etapi tunggu dulu, walaupun pantai gratisan, pemandangan di sini tidak bisa dipandang sebelah mata. Gimana tidak, saat mata diarahkan ke arah laut lepas, tepat disanalah matahari menghilang. Matahari yang terbenam pun posisinya sangat istimewa, tidak terlalu ke kanan ataupun tertalu ke kiri. Matahari terbenam tanpa dihalangi apapun, sinarnya memancar sampai ke daratan. Gimana enggak istimewa coba? Udah keren, warnanya oranye banget dan satu lagi, gratis. Jadi, Pantai Ayah merupakan salah satu spot yang cukup tepat untuk menikmati fenomena terbenamnya matahari.


Tapi sayang sekali, tempat yang cukup memiliki potensi ini kurang dikelola dengan baik. Sebagai contoh, tidak ada loket untuk penarikan retribusi untuk pengunjung. Ya memang sih, sejujurnya masyarakat lebih menyenangi sesuatu yang gratis. Namun apa salahnya menarik sekian ribu yang diselenggarakan secara resmi untuk pengembangan tepat wisata itu sendiri? Selain itu, pantai ini terkesan kotor, karena memang jarang ditemukan tempat sampah yang layak. Mungkin ini imbas dari tidak adanya retribusi untuk pengunjung kali ya?

Namun, jikalau suatu saat nanti untuk memasuki Pantai Ayah dipatok sejumlah nominal tertentu, tapi tidak menghasilkan suatu nilai tambah kan ya enggak banget to?

Yasudahlah, itu kan urusan pemerintah. Kita sebagai masyarakat yang memiliki akal hanya bisa menikmati keindahannya dengan tanpa merusaknya kan?

Lebih baik kita nikmati keindahannya sejenak yuk!


Jadi, masih punya alasan apa biar enggak ke Kebumen? Kayaknya sih udah enggak perlu beralasan lagi kan ya? Ayo wisata ke Kebumen!

Info lain mengenai Pantai Ayah dapat dilihat dari dua link berikut: Wikipedia 

Kalau yang masih ragu mau ke Kebumen tapi takut penginapannya mahal, bisa kok cek harga penginapannya dari dua link berikut: DI SINI

Buat yang mau long stay di Kebumen, sekiranya 3 tempat wisata yang telah Papa ubek-ubek masih kurang, bisa kok cek tempat wisata Kebumen yang lainnya dari dua link berikut: DI SINI

Oke, akhir kata, Salam buat Papa!

Bayu Taufani Haryanto
@bayutaufani

Show comments
Hide comments
19 komentar:
Write comment
  1. buuset cakep bgt sunsetnya itu beneran?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, itu beneran kok, enggak bohongan kok hhhe :)

      Hapus
  2. Balasan
    1. Iya mbak asli itu hhhee :D Etapi enggak ngambil deng, itu motreet sendiri kok hhee :D
      Ah kerenan aslinya deh kayaknya mbak :)

      Hapus
  3. mau lah kapan2 ngambil photo kayak gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, enggak susah kok hhhee :) Emang biasanya mbaknya kalau foto-foto pake apaan? :)

      Hapus
  4. Balasan
    1. Waaah iya iya, silahkan ke Kebumen :) Enggak nyesel deh kalau ke Kebumen mah hhee :D

      Hapus
  5. Jadi papa main ke tempat ayah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaah ada benernya juga ya mas hhhee :D Nanti deh kapan-kapan mau main-main ke Purbalingga hhhee :D

      Hapus
  6. Balasan
    1. Waaah tinggal disentuh-sentuh dikit tuh mbak, bisa jadi lebih keren fotonya hhhee :)

      Hapus
  7. Hahahaha..doakan aja lah, Pa. Ntar bawain jalan-jalan ya. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhaaa okelaaah :D Waaah boleh tuh boleh hehehe :D

      Hapus
  8. Duh kebumen... tempat asal mama... :(
    pengin deh ke kebumen lagi... *mengingat masa kecil

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah saya yang enggak ada ikatan sama Kebumen aja pengen ke sana lagi, masa masnya yang ada ikatan sama ke Kebumen enggak ke sana lagi sih hehehe :D
      Kebumen keren loh mas, ayo ayo wisata ke Kebumen. Atau enggak, pulang kampung bisa tuh mas hehehe :D

      Hapus
  9. iyah. hehehe... udah lama ga ke Kebumen... Ntar deh kalo ada waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaaaah semoga kesampaian ke Kebumennya mas hehehe :D

      Hapus

Back to Top