Jumat, 05 September 2014

Kebumen Semok 2: Jatijajar, Goa Cantik Banyak Yang Ngelirik






Intro: Masih memiliki hubungan kekerabatan dengan postingan sebelumnya, postingan kali ini juga masih akan memiliki bau Kebumen. Papa akan mengisahkan pengalaman Papa saat grepek-grepek tempat yang menurut Papa sangat cantik, eksotik, menawan yah... yang bagus-bagus deh pokoknya. Tempat cantik itu berada di dalam perut bumi. Ada yang udah pernah lihat perutnya bumi?

Jujur aja, kalau Papa sih ogah kalau di suruh ngintipin perutnya bumi, takut dimarahin sama pak mi. Eh enggak lucu ya? Yaudah deh, skip!
Setelah berhasil menginjakkan kaki ke Benteng Van Der Wijck, Papa langsung membetot gas untuk menuju ke Goa Jatijajar. Rute yang Papa lalui sih lumayan gampang. Iya, wong dipandu sama GPS kok. Tinggal ketik ”Goa Jatijajar” udah deh tinggal ikutin petunjuk. Memang sih, cara Papa untuk menuju Goa Jatijajar tergolong pada kategori yang ”kurang seru”. Tapi kalau ada yang mudah, kenapa harus dipersulit bukan?

Hayo... udah pernah lihat gimana fotogeniknya Benteng Van Der Wijck belum? Kalau belum sih bisa kok dilihat di link berikut: Van Der Wijck, Tempat Syuting The Raid 2

Goa Jatijajar Terletak di Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, sekitar 8 km dari Gombong. Intinya, membutuhkan waktu tidak sampai 30 menit berkendara dari Benteng Van Der Wijck. Sejatinya, Goa Jatijajar bukanlah goa buatan manusia, atau dapat dikatakan bahwa goa ini adalah goa alamiah yang terbentuk sendiri. Jadi, apa peran Tuhan coba?

Sebelum memasuki tempat wisata ini, pengunjung diwajibkan untuk menyelesaikan administrasi singkat untuk masuk ke dalam goa (baca: bayar tiket masuk). Enggak butuh biaya banyak kok, kalau ngaku sebagai warga negara Indonesia tentunya. Setelah melewati loket pemeriksaan karcis, kita akan disuguhi pemandangan berupa sebuah sendang dengan air berwarna hijau dan sebuah patung Dinosaurus. Kalau sendang sih masih bisa masuk di akal, soalnya di dalam gua ada sungainya, bisa jadi air sendang ini berasal dari sungai yang ada di dalam gua, ya to? Tapi kalau dinosaurus? Menurut Papa sih enggak ada sangkut pautnya sama sekali. Emmm... apa Goa Jatijajar sudah ada sejak zaman dinosaurus ya? Entahlah!

Butuh sedikit perjuangan untuk memasuki goa, karena kita akan disuguhi anak tangga yang jumlahnya tidak sedikit. Buat Papa yang emang jarang olahraga sih, itu menyiksa! Menaiki anak tangga yang kecil-kecil dengan jumlah puluhan atau mungkin ratusan itu menyiksa! Kenapa ya kok enggak di kasih elevator? Mall aja yang masuknya gratis ada eskalator atau elevatornya. Nah ini, udah masuknya bayar, masih harus naik tangga pula! Kan capek! Tapi tenang saja, kelelahan saat menapaki anak tangga akan terbayar setelah sampai di atas kok. Yakinlah goa-nya kece abis!

Goa Jatijajar ini adalah goa unik dengan legenda yang juga unik. Kenapa goa ini unik, karena goa ini sudah didesain sedemikian rupa dengan menggunakan tata pencahayaan yang sangat baik. Jadi, wisata ke goa bukanlah sesuatu yang menakutkan di sini. Dijamin, goanya terang benderang. Keunikan lain dari goa ini adalah terdapat aliran sungai yang masih mengalir hingga saat ini di dalamnya. Ada mitos yang berkembang di sana, aliran sungai yang ada di dalam goa ada yang dinamakan sebagai “Sendang Mawar”, konon katanya sih bisa membuat awet muda siapa pun yang membasuh muka di sana. Percaya? Jangan deh, syirik itu namanya!


Selain tata pencahayaan yang masih jarang dimiliki oleh goa lain yang menamakan dirinya sebagai tempat wisata, di dalam Goa Jatijajar terdapat diorama yang menggambarkan tentang legenda “Lutung Kasarung”. Biasalah, cerita legenda kebanyakan bermain-main dengan masalah hati. Entah itu disakiti, menyakiti atau pun masalah cinta. Begitu juga dengan legenda lutung kasarung yang lekat kaitannya dengan goa ini. Ceritanya klasik, seorang putra kerajaan harus melakukan pencitraan untuk mecari jodoh. Hingga kemudian banyak halangan yang menyertai pencarian jodohnya. Namun seperti biasa, sang tokoh utama selalu mendapat keistimewaan dimata sutradara untuk menghasilkan suatu kisah klasik yang berakhir dengan ending bahagia. Tapi, enggak apa kok, bukankah yang menjadikan daerah-daerah di Indonesia lebih berwarna adalah legendanya?

Kalau yang mau tau sejarah Lutung Kasarung secara lengkap, bisa nih dilihat dan dibaca DI SINI

Suasana di dalam gua sih seperti kebanyakan goa lainnya. Pengap, sumpek, berair dan tentunya lembab. Tapi, kesan anger dan tidak terrawat tidak tersedia di dalam Goa Jatijajar. Goa ini sangat ramah bagi para pengunjung yang sebelumnya tidak menyukai masuk ke dalam sebua goa. Stalaktit dan stalakmit yang dimiliki oleh Goa Jatijajar sangat di eksplor keindahannya, dipadudankan oleh cahaya berwarna-warni dari lampu yang sengaja dipasang. Selain itu, diorama dalam goa juga tidak luput dari tatanan cahaya-cahaya menakjubkan tersebut. Sejujurnya, diorama yang sengaja di bangun di dalam goa tidaklah merusak tatanan alami dari goa itu sendiri. Bukankah itu malah mempercanik goa?


Puas menelanjangi bagian per bagian dari Goa Jatijajar, kaki Papa sepertinya minta diajak untuk menelanjangi keindahan ciptaan Tuhan yang lainnya. Iya, masih banyak hal-hal indah di dunia ini yang butuh untuk ditelanjangi. Eit... jangan mikir perempuan loh ya!

Perjalanan pulang untuk menuju ke tempat parkir adalah perjalanan yang sangat-sangatlah mengesalkan. Gimana enggak, wong pintu keluar yang sejatinya tinggal lurus doang dari mulut goa malah di belok-belokin jalannya. Apa lagi tujuannya kalau bukan ke tempat jualan sovenir. Kalau yang hobi cari-cari sovenir sih enggak masalah. Nah, kalau buat Papa yang duitnya tipis setipis kondom sutra sih, itu jadi masalah. Kan jadi membuang waktu to? Niatnya mau pulang eh malah dilewatin ke tempat jualan sovenir. Alhasil di sana kan cuman skip-skip enggak ada yang dilirik satu pun. Bukannya sovenirnya enggak menarik, tapi karena duit di kantong enggak mau ditarik. Ada yang punya pengalaman serupa?

Seharusnya jalur untuk keluar dari tempat wisata dibuat dua. Satu yang langsung menuju pintu keluar tanpa dipaksa untuk melewati kios-kios sovenir, satunya lagi yang dilewatkan ke kios-kios sovenir. Jadi kan papan penunjuk arahnya enggak bohong gitu kesannya. Kan aneh ketika ada papan penunjuk arah yang tulisannya "Pintu Keluar" malah masuk ke kios-kios sovenir. Kalau tulisan di papan penunjuk arah itu "Kios Sovenir" kan bukan jadi masalah. Emang sih endingnya sama-sama keluar, tapi kan konteksnya beda. Kalau ujung-ujungnya ngomongin masalah mencari nafkah sih ya santai aja kali. Bukan kah rejeki sudah ada yang mengatur?

Info lain mengenai Goa Jatijajar dapat di lihat pada tiga link berikut: Detik Travel Wikipedia


Oke, akhir kata, Salam buat Papa!

Bayu Taufani Haryanto

@bayutaufani

Show comments
Hide comments
Tidak ada komentar:
Write comment

Back to Top