Gue tau, banyak yang enggak penasaran sama ketikan gue. Tapi, buat kalian yang udah baca ketikan gue sampek kalimat ini, gue yakin kalo kalian adalah orang-orang dengan rasa penasaran yang cukup tinggi dan bego. Iya, bego men, begonya adalah kenapa kalian baca ketikan orang bego yang menciptakan ketikan bego ini? #Oke lupakan#
Kembali ke topik, jadi gini... kan kemarin-kemarin gue udah pernah ke Jepara tuh, ya kan? Inget kan? Enggak ya? Emmm...apa kalian belum baca? Okelaaah kalo kalian lupa atau malah belum baca, ini men bisa diintip dulu DI SINI
Udah kan? Udah baca dan udah inget kan? Belum ya? Oke, gue tau, pasti kalian males buka link yang tadi gue kasih, okelah gue kasih tau dah. Singkatnya gini, kemarin-kemarin itu gue ke Jepara dan itu sama pacar gue (Calon sih sebenernya) dan waktu itu kita cuman ke Benteng Portugis sama ke Pantai Bandengan. Nah di perjalanan yang waktu itu, gue gagal ningkatin status gue dari single jadi in a relationship, karena gue enggak jadi nembak dia. Nah, kali ini gue ke Jepara lagi. Tapi dengan travel mate's yang berbeda, rute perjalanan dan destinasi yang agak sedikit berbeda pula. Agak licik sih gue emang, tapi bukan licik juga sih. Niatnya itu biar gue selalu bisa dapetin sesuatu yang baru walaupun gue udah pernah ngunjungin suatu kota gitu men. Bingung ya? Ah payah deh ah kalian, gitu aja bingung! Emmm tapi sama deng, gue juga bingung sebenernya! Etapi enggak apa kok, kebingungan itu bakalan musnah seiring kalian baca kalimat dari ketikan ini satu per satu. Oke, enggak banyak bacot, langsung aja kita ke TKP. Lah kok TKP sih? Bukan-bukan...tapi apa ya...emmm iya itu dah pokoknya, gue bingung jelasinnya...yang penting kalian paham aja dah pokoknya...walaupun gue tau, sebenernya kalian enggak paham, okelah lupakan!
Jadi gini, tanggal 6 Juni tahun 2013, tepatnya hari Kamis yang lalu, gue ke Jepara lagi setelah sebelumnya gue ke sana pada tanggal 30 Maret 2013. Agak berdeketan sih emang antara 30 Maret dan 6 Juni. Ehh ehh jangan di-close dulu dong ketikannya, kan belum selesai.
Jadi gini, "Ketika lu pergi ke suatu destinasi, tapi destinasi itu adalah destinasi yang pernah lu kunjungin, gue yakin lu bakal punya cerita yang berbeda. Jadi, jangan takut buat ngunjungin destinasi itu lagi. Tapi, kalo lu udah keseringan ke sana, jadi enggak ada tantangannya men. Apa lagi dengan rute yang sama, destinasi yang sama dan travel mate's yang sama pula! Enggak nantang!"
Gimana? Lu mau close ketikan gue? Apa enggak nyesel ? Pikir lagi deh hhhaaa :D"Foto ini dijepret waktu gue naik ke Pulau Panjang"
Gue sok tahu banget ya? Etapi enggak apa sih, dari pada enggak tahu apa-apa, yang kemudian bikin gue enggak kemana-mana, ya kan? Oke, lanjut! Perjalanan gue kali ini, bakalan berbeda sama perjalanan gue yang lalu men. Perbedaannya itu antara lain kayak gini:
Pertama
Travel mate's yang berbeda. Kali ini gue ditemenin sama 3 temen sekelas gue. Oke, let me introduct they are. Yang pertama, ada sebentuk lidi yang beterbangan ketiup angin sedari Tegal terus kesangkut di Semarang. Yang kedua, ada sebentuk ikan paus yang berenang dari Jakarta yang kemudian terdampar di Semarang. Yang terakhir, seorang jomblo yang diusir dari kediamannya yang ada di Medan karena kelamaan jomblo yang kemudian dia sedang mencari cowok di Kota Semarang.
Ini Si Lidi |
Ini Si Paus |
Kedua
Destinasi yang berbeda. Pada perjalanan yang sebelumnya, gue cuman ngunjungin Benteng Portugis dan Pantai Bandengan. Kali ini, gue bakalan ngunjungin yang namanya Meseum R.A.Kartini, Teluk Awur, Benteng apaan enggak tau namanya yang jelas bukan benteng portugis, kemudian Pantai Bandengan dan Pulau Panjang.
Ketiga
Kali ini gue puasa. Perjalanan kali ini bertepatan dengan hari dimana gue berpuasa. Tapi, kali ini gue puasanya enggak sendirian, si paus juga puasa. Lah ada ya paus yang puasa? #Sudahlah lupakan# Lupakan#
|| Q: Lah bay, emang enak ya travelling tapi sambil puasa? ||
|| A: Yang namanya puasa kalo dibarengin sama hal-hal yang membutuhkan tenaga lebih, emang enggak enak men. Tapi, karena gue suka sama yang namanya tantangan dan berhubung sebelum-sebelumnya gue belum pernah puasa sambil travelling, jadi gue nganggep yang namanya puasa sambil travelling adalah sebagai sebuah tantangan ||
|| Q: Lah bay emang enggak tambah haus sama laper ya bay? Apa lagi ada yang enggak puasa bay ||
|| A: Ya kan kalo yang namanya puasa kan salah satunya kan nahan yang namanya haus sama laper, jadi kalo masalah itu jangan ditanyain deh. Lalu kalo misalnya ada yang enggak puasa, yaudah sih, semuanya berawal dari niat. Lagian itu juga sebuah tantangan kan? Menurut gue, suhu di Jepara itu jauh lebih Tinggi dari pada suhu di Semarang. Yang kemudian menyebabkan di Jepara itu jadi lebih panas dari pada di Semarang. Jadi, tantangannya semakin berlebih gitu. Enggak jadi masalah sih menurut gue, karena tantangan itu menyenangkan ||
Destinasi yang berbeda. Pada perjalanan yang sebelumnya, gue cuman ngunjungin Benteng Portugis dan Pantai Bandengan. Kali ini, gue bakalan ngunjungin yang namanya Meseum R.A.Kartini, Teluk Awur, Benteng apaan enggak tau namanya yang jelas bukan benteng portugis, kemudian Pantai Bandengan dan Pulau Panjang.
Ketiga
Kali ini gue puasa. Perjalanan kali ini bertepatan dengan hari dimana gue berpuasa. Tapi, kali ini gue puasanya enggak sendirian, si paus juga puasa. Lah ada ya paus yang puasa? #Sudahlah lupakan# Lupakan#
|| Q: Lah bay, emang enak ya travelling tapi sambil puasa? ||
|| A: Yang namanya puasa kalo dibarengin sama hal-hal yang membutuhkan tenaga lebih, emang enggak enak men. Tapi, karena gue suka sama yang namanya tantangan dan berhubung sebelum-sebelumnya gue belum pernah puasa sambil travelling, jadi gue nganggep yang namanya puasa sambil travelling adalah sebagai sebuah tantangan ||
|| Q: Lah bay emang enggak tambah haus sama laper ya bay? Apa lagi ada yang enggak puasa bay ||
|| A: Ya kan kalo yang namanya puasa kan salah satunya kan nahan yang namanya haus sama laper, jadi kalo masalah itu jangan ditanyain deh. Lalu kalo misalnya ada yang enggak puasa, yaudah sih, semuanya berawal dari niat. Lagian itu juga sebuah tantangan kan? Menurut gue, suhu di Jepara itu jauh lebih Tinggi dari pada suhu di Semarang. Yang kemudian menyebabkan di Jepara itu jadi lebih panas dari pada di Semarang. Jadi, tantangannya semakin berlebih gitu. Enggak jadi masalah sih menurut gue, karena tantangan itu menyenangkan ||
Keempat
Rute awal men. Iya, jadi rute awal yang gue laluin kali ini beda kayak rute awal yang gue laluin sewaktu kemarin. Kali ini gue lewat "sigar bencah", lalu enggak tau gue ngelaluin jalanan mana aja, yang jelas gue ngelewatin kabupaten demak dan setelah muter-muter enggak jelas, munculnya cuman di Jalan Kaligawe. Faaaak! Kita udah keliling-keliling enggak jelas yang ngabisin waktu selama 2 jam dan kita baru sampek Jalan Kaligawe? Faaak ini namanya! Padahal jarak Tembalang ke Jalan Kaligawe itu kalo ngelewatin "jalanan yang bener" cuman 60 menit men! Faaak ini faaak! Berkat "kepinteran" gue milih jalan, rute yang kita laluin kali ini jadi lebih jauh dari pada rute yang seharusnya dilaluin. Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah berkat ke-sok tauan gue. Gak masalah, yang penting sampek hhee.
|| Q: Loh bay, berarti kan kesasar bay? Kok bisa sampek? ||
|| A: Iya men, soalnya gue jarang banget buat tau jalanan yang gue laluin, makanya gue sok tau dan kesasar. Selama kita masih punya otak dan mulut, mau nyasar sejauh apa pun, tetep bakalan sampek tujuan kok, gue yakin itu! ||
|| Q: Lah berarti sok tau itu penting gitu ya bay? ||
|| A: Yaaah enggak penting-penting amat sih, tapi yang jelas, kalo gue enggak pernah sok tau, gue enggak pernah kemana-mana, gue cuman "ndekem" di rumah ||
*ndekem = Berdiam diri
Terakhir
Sekarang gue udah enggak jomblo lagi dan tambah ganteng. Oke, untuk dua kata terakhir, gue ngarang. (Lah ngapain lu pake ngitungin dan nyariin kata-nya men?) Tapi, untuk yang gue udah enggak jomblo lagi, itu beneran dan enggak ngarang kok.
Yaaah itulah beberapa perbedaan yang ada pada perjalanan gue kali ini. Oh ya, dimana ada perbedaan, pastinya juga ada kesamaan kan ya? Iya, jadi ada beberapa kesamaan a.k.a persamaan antara perjalanan gue kali ini sama perjalanan gue yang terdahulu. Jadi, persamaannya kayak begini bentuknya:
Kesatu
Sama-sama ngendarain motor.
Kedua
Sama-sama enggak bawa backpack, enggak bawa pakaian ganti dan cuman sehari doang.
Oke ringkas emang, tapi ya emang itu begitu men ceramah waktu tarawih kemarin yang udah gue ringkas. Oke, lupakan, kembali ke topik.
Seperti yang udah gue ketikin di atas, perjalanan gue kali ini terjadi pada hari Kamis tanggal 6 Juni 2013 dan jam, gue rada lupa men, yang jelas gue dari rumah sekitar jam 7 pagi terus sampek Tembalang sekitar jam 7.30. Iya, jadi perjalanan ini dimulai sekitar jam 8.00 dari Tembalang. Ya, Tembalang, tempat dimana temen-temen gue pada ngekos. Berhubung start point dari Tembalang, yang ada di pikiran gue sewaktu itu adalah:
"Dari pada gue turun lagi ke bawah, terus ngelewatin jalanan yang gue laluin sewaktu dari rumah menuju ke Tembalang tadi, pasti bakalan lebih jauh jarak yang bakalan kita laluin. Naaah berhubung setau gue kalo lewat sigar bencah itu bisa tembus langsung ke daerah pedurungan, jadi bakalan lebih cepet sampek ke bawah dari pada harus memutar lewat gombel" Gitu men yang gue pikirin sewaktu itu.
Etapi ternyata pemikiran gue salah, jalur tercepat dari tembalang untuk menuju Jepara itu ya seharusnya lewat Gombel, turun terus menuju ke arah Stasiun Poncol lalu menuju ke Stasiun Tawang udah deh sampek Jalan Kaligawe, lalu ikutin aja penunjuk jalan. Kalo lewat situ, mungkin perjalanan Tembalang-Jepara hanya membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Naaah berhubung kita salah jalur, jadi perjalanan kita kali ini membutuhkan waktu yang lebih lama sekitar 60 menit dari seharusnya. Oke, enggak masalah, gue jadi tau jalur mana yang seharusnya dilaluin. Dapet ilmu men intinya, walaupun kesasar.
Gue enggak perlu lagi jelasin perjalanan ke Jepara setelah sampek Jalan Kaligawe menuju ke Jepara kan ya? Etapi kalo ada yang mau tau gimana perjalanannya, bisa kali baca di ketikan gue ke Jepara yang sebelumnya, bisa klik DI SINI men.
Oh ya, ada yang baru men! Di Kota Demak, sekarang sepeda motor harus ngelaluin jalur lambat, kalo enggak ngelaluin jalur lambat, bakalan kena tilang men. Naaah berhubung itu peraturan baru, dimana gue sendiri pun enggak tau dan si lidi pun juga enggak tau, yaudah deh akhirnya si lidi kena "Stop" sama polisi yang kebetulan lagi sengaja ngumpet nungguin orang yang salah ambil jalur. Soalnya rambu-rambunya itu gambarnya udah agak luntur gitu, wajar lah kalo misalnya banyak yang kesasar dan kemudian "ketangkep". Yaaah polisi jaman sekarang emang rada-rada men, etapi enggak semuanya juga deng, hanya sebagian besar aja kok. Nah kok gue enggak kena "stop" sama polisinya ya? Iya, soalnya gue udah ambil jalur kanan yang mau belok ke arah jalan arteri dan gue udah berhenti tepat di depan rambu-rambu lalulintas-nya. Sementara si lidi bablas masuk ke arah kota dan enggak masuk ke jalur lambat. Berhubung dia ngelanggar peraturan yang "enggak jelas" itu, sementara posisi gue waktu itu udah berhenti di jalur yang mau belok ke arteri, yaudah deh akhirnya gue tinggalin dia dan gue cari jalan muter biar bisa nyamperein si lidi. Eh waktu udah disamperin malah dia udah pergi dari TKP dengan ninggalin duit Rp100.000 ke polisi sialan itu men! Faaaaak! Mana udah plat nomernya plat luar kota, enggak tau tentang peraturannya eh polisuck itu malah mintain duit men, harusnya kan jelasin dulu atau enggak terangin dulu. Enggak langsung mintain duit gitu kali! Rada enggak punya hati itu polisi, udah yang ngendarain motor kayak lidi terus yang bonceng jomblo yaaaah yaudah deh, hatinya si polisi lagi busuk karena kebanyakan ngerokok mungkin! Aneh ya polisi jaman sekarang, waktu tes aja di cek sana-sini, yang ketahuan pernah ngerokok atau malah perokok jarang bisa lolosnya, eh udah jadi malah pada ngerokok, faaaak! Apa-apaan coba! Kalo mau jadi perokok, mendingan enggak usah jadi polisi! Oke lupakan tentang polisuck! Mari kita kembali ke topik!
Ceritanya udah sampek Jepara nih. Tujuan awal kali ini adalah masjid, soalnya udah jam 12 malem, eh bukan, siang deng. Terus setelah sholat kan gue bingung mau kemana aja, begitu juga dengan travel mate's gue. Yaudah deh, sambil istirahat gue iseng aja ngobrol sama bapak-bapak yang kebetulan duduk disamping gue, jadi percakapannya kayak beginian men:
Gue: "Pak maaf pak mau tanya, kalo ke arah Museum Kartini kemana ya pak jalannya?"
Bapaknya: "Oh itu deket alun-alun mas, lewatnya sana...sana...sana..." #Ini bapaknya enggak lagi ngusir kita ya, enggak!# (Yang jelas, bapaknya jelasin jalannya tapi gue lupa dia ngomong apa aja, pokoknya sewaktu itu gue rada paham dah)
Gue: "Kalo deket-deket sini yang bagus mana aja ya pak?" (Seinget gue, posisi kita sewaktu itu ada di sebuah masjid deket Stadion Kamal Junaidi men)
Bapaknya: "Itu mas, ke arah sana (Nunjuk ke suatu arah yang berlawanan dengan arah ke Museum Kartini) ada Pantai Kartini sama Teluk Awur mas"
Gue: "Kalo liat sunset yang bagus dimana ya pak?"
Bapaknya: "Biasanya sih pada lihatnya di Pantain Bandengan mas, di Pantai Kartini juga bagus, tapi kayaknya lebih bagusan di Pantai Bandengan mas"
Gue: "Kalo ke arah Pantai Bandengan lewatnya mana ya pak?"
Bapaknya: "Itu mas, kearah Museum Kartini tapi masih kesana lagi. Di deket sana juga ada benteng mas, deket sama museumnya"
Gue: "Lewatnya mana ya pak kalo ke bentengnya?"
Bapaknya: "Dari museum ambil jalan ke arah Pantai Bandengan, nanti ada gapura di kiri jalan, jalannya naik, nah bentengnya ada di atas bukitnya mas"
Gue: "Kalo ke Pulau Panjang pak, nyebrangnya enaknya dari mana ya? Terus kira-kira berapa ya pak biayanya?"
Bapaknya: "Sebenernya lewat Pantai Kartini bisa mas, tapi lebih gampang kalo lewat Pantai Bandengan. Kalo masalah harga saya agak kurang paham, tapi yang jelas lebih murah kalo nyebrang dari Pantai Bandengan, seinget saya enggak lebih dari 15 ribu mas biayanya"
Setelah mendapatkan sedikit informasi dan enggak lupa gue ucapin terima kasih ke bapaknya, kita langsung nyusun rencana perjalanan dan lekas bergegas men. Keren kan, nentuin mau kemana aja setelah kita baru sampek di tempatnya. Semua yang serba dadakan itu seru men, trust me. Jadi, setelah kita berrunding, akhirnya kedapetan kesepakatan yang beginian bunyinya:
"Kita bakalan ke Teluk Awur dulu karena deket dari sini, terus ke Museum R.A.Kartin, habis itu ke Benteng yang di deket museum. Kita enggak ke Pantai Kartini, soalnya di sana enggak ada pasir pantainya, jadi kita lebih prefer ke Pantai Bandengan. Soalnya di sana bisa lihat sunset, makan pasir pantai sama nyebrang ke Pulau Panjang. Jadi, kita bakalan nyebrang ke Pulau Panjang dari Pantai Bandengan. Yang jelas, kita bakalan ke Pulau Panjang dulu habis itu baru lihat sunsetnya"
Yak, itulah rencana perjalanan kita yang kita buat secara sangat mendadak. Setelah rencana itu terbentuk, yaudah deh akhirnya kita langsung "cus" ke Teluk Awur. Jalanan menuju ke Teluk Awur agak susah men, walaupun ada rambu-rambu buatan dishub yang nampang di sana. Tapi, setelah hampir sampek ke teluknya, enggak ada rambu-rambu yang bisa diandelin men. But, jangan kawatir, banyak warga Jepara yang udah tau tentang keberadaan teluk yang satu ini kok. Setelah hampir sampek dan nemuin loket masuk, akhirnya kita ketemu sama anak-anak alay men. Gue yang reflek mikir kalo ngikutin anak-anak alay pasti bakalan dapet yang gratisan, yaudah deh langsung aja gue belokin stang ke kanan yang disitu ada jalanan kecil, yaaah jalanan kampung gitu lah. Gue arahin motor ngebuntutin segerombolan anak-anak alay itu. Dan benar, disana ada jalan kecil yang menuju ke Teluk Awur-nya. Parkir gratis dan masuk ke Teluk Awur-nya pun juga gratis men. Lumayan, sedikit berhemat. Semuanya berkat anak-anak alay, terimakasih anak-anak alay :)
Akhirnya kita pun menginjakkan kaki di pasir putih Teluk Awur. Sebenernya teluknya itu keren, tapi sayang, kotor dan rada enggak terrawat men. Pasirnya putih, air lautnya biru terus kita bisa ngelihat ke laut lepas tanpa terhalang apapun, kali sunset disini keren. Kita sampek di Teluk Awur itu tepat saat matahari berada di atas kepala kita, yang artinya panas banget men! Disana enggak terdapat tempat teduh yang gratisan, soalnya tempat teduh yang tersedia disana itu adalah saung-saung milik warung-warung yang menjajakan makanan dan minuman khas pantai. Kita sengaja enggak nyoba menginjakkan kaki disana, soalnya kita yakin kalo harganya enggak masuk di akal. Karena bosan dan enggak mendapat tempat teduh gratisan yang bisa kita buat santai-santai yang akhirnya bikin kita kepanasan, akhirnya kita bergegas ninggalin teluk keren yang kotor satu ini.
Tujuan kita selanjutnya adalah ke Museum R.A.Kartini. Berbekal penunjuk arah dari bapak-bapak yang tadi gue tanyain, akhirnya kita melaju ngelewatin masjid yang tadi sempet jadi tempat singgah kita, terus belok ke kiri melaju ke arah alun-alun. Enggak sulit buat nemuin museum yang satu ini, letaknya di bagian paling ujung di sebuah jalan. Disitu juga terpampang tulisan yang menandakan bahwa bangunan itu adalah Museum R.A.Kartini. Eh bentar-bentar, ada yang enggak tau R.A.Kartini? Waaah udik sekali kalian! Searching dah searching! Sebegitu terkenalnya wanita yang satu ini sampek-sampek ada tanggal khusus yang sengaja dibuat untuk mengenang beliau men, ya 21 April. Wanita yang satu ini adalah wanita pribumi yang mengubah sejarah kewanitaan di Indonesia. Wanita penggerak wanita Indonesia yang lain. Wanita yang mengubah cara pandang orang-orang terhadap wanita. Ya, perempuan ini adalah penggerak emansipasi wanita di Indonesia. Ada juga lagu yang khusus diciptakan untuk mengenang wanita ini yang kemudian diberi judul "Ibu Kita Kartini".
Etapi apa kalian masih inget lagunya? Coba gih nyanyiin dulu! Kalo udah selesai, bilang sama gue hhaa :D Udah kan? Oke, lanjut!
Setelah mendapatkan sedikit informasi dan enggak lupa gue ucapin terima kasih ke bapaknya, kita langsung nyusun rencana perjalanan dan lekas bergegas men. Keren kan, nentuin mau kemana aja setelah kita baru sampek di tempatnya. Semua yang serba dadakan itu seru men, trust me. Jadi, setelah kita berrunding, akhirnya kedapetan kesepakatan yang beginian bunyinya:
"Kita bakalan ke Teluk Awur dulu karena deket dari sini, terus ke Museum R.A.Kartin, habis itu ke Benteng yang di deket museum. Kita enggak ke Pantai Kartini, soalnya di sana enggak ada pasir pantainya, jadi kita lebih prefer ke Pantai Bandengan. Soalnya di sana bisa lihat sunset, makan pasir pantai sama nyebrang ke Pulau Panjang. Jadi, kita bakalan nyebrang ke Pulau Panjang dari Pantai Bandengan. Yang jelas, kita bakalan ke Pulau Panjang dulu habis itu baru lihat sunsetnya"
Yak, itulah rencana perjalanan kita yang kita buat secara sangat mendadak. Setelah rencana itu terbentuk, yaudah deh akhirnya kita langsung "cus" ke Teluk Awur. Jalanan menuju ke Teluk Awur agak susah men, walaupun ada rambu-rambu buatan dishub yang nampang di sana. Tapi, setelah hampir sampek ke teluknya, enggak ada rambu-rambu yang bisa diandelin men. But, jangan kawatir, banyak warga Jepara yang udah tau tentang keberadaan teluk yang satu ini kok. Setelah hampir sampek dan nemuin loket masuk, akhirnya kita ketemu sama anak-anak alay men. Gue yang reflek mikir kalo ngikutin anak-anak alay pasti bakalan dapet yang gratisan, yaudah deh langsung aja gue belokin stang ke kanan yang disitu ada jalanan kecil, yaaah jalanan kampung gitu lah. Gue arahin motor ngebuntutin segerombolan anak-anak alay itu. Dan benar, disana ada jalan kecil yang menuju ke Teluk Awur-nya. Parkir gratis dan masuk ke Teluk Awur-nya pun juga gratis men. Lumayan, sedikit berhemat. Semuanya berkat anak-anak alay, terimakasih anak-anak alay :)
Akhirnya kita pun menginjakkan kaki di pasir putih Teluk Awur. Sebenernya teluknya itu keren, tapi sayang, kotor dan rada enggak terrawat men. Pasirnya putih, air lautnya biru terus kita bisa ngelihat ke laut lepas tanpa terhalang apapun, kali sunset disini keren. Kita sampek di Teluk Awur itu tepat saat matahari berada di atas kepala kita, yang artinya panas banget men! Disana enggak terdapat tempat teduh yang gratisan, soalnya tempat teduh yang tersedia disana itu adalah saung-saung milik warung-warung yang menjajakan makanan dan minuman khas pantai. Kita sengaja enggak nyoba menginjakkan kaki disana, soalnya kita yakin kalo harganya enggak masuk di akal. Karena bosan dan enggak mendapat tempat teduh gratisan yang bisa kita buat santai-santai yang akhirnya bikin kita kepanasan, akhirnya kita bergegas ninggalin teluk keren yang kotor satu ini.
Tujuan kita selanjutnya adalah ke Museum R.A.Kartini. Berbekal penunjuk arah dari bapak-bapak yang tadi gue tanyain, akhirnya kita melaju ngelewatin masjid yang tadi sempet jadi tempat singgah kita, terus belok ke kiri melaju ke arah alun-alun. Enggak sulit buat nemuin museum yang satu ini, letaknya di bagian paling ujung di sebuah jalan. Disitu juga terpampang tulisan yang menandakan bahwa bangunan itu adalah Museum R.A.Kartini. Eh bentar-bentar, ada yang enggak tau R.A.Kartini? Waaah udik sekali kalian! Searching dah searching! Sebegitu terkenalnya wanita yang satu ini sampek-sampek ada tanggal khusus yang sengaja dibuat untuk mengenang beliau men, ya 21 April. Wanita yang satu ini adalah wanita pribumi yang mengubah sejarah kewanitaan di Indonesia. Wanita penggerak wanita Indonesia yang lain. Wanita yang mengubah cara pandang orang-orang terhadap wanita. Ya, perempuan ini adalah penggerak emansipasi wanita di Indonesia. Ada juga lagu yang khusus diciptakan untuk mengenang wanita ini yang kemudian diberi judul "Ibu Kita Kartini".
Etapi apa kalian masih inget lagunya? Coba gih nyanyiin dulu! Kalo udah selesai, bilang sama gue hhaa :D Udah kan? Oke, lanjut!
Intinya, wanita ini adalah wanita yang membuat wanita-wanita di Indonesia disamakan hak-nya dalam masyarakat luas. Iya men, wanita hebat ini lahir, kecil dan besar di kota panas yang kecil ini, Jepara. Mumpung lagi di Jepara, bisa kali mampir ke Museum yang sengaja dibangun untuk mengenang kehidupan dan jasa perempuan penginspirasi ini. Letak museum-nya enggak jauh-jauh amat kok dari pusat keramaian kota Jepara, tepatnya di Alun-alun kota Jepara men.
Untuk memasuki museum ini, biaya yang bakalan dikeluarkan enggak banyak-banyak amat kok, cuman Rp3000 aja untuk satu orangnya. Disana itu ada banyak foto-foto men. Diantaranya ada foto Kartini kecil, Kartini muda, Kartini dewasa, saudara-saudara Kartini, keluarga Kartini dan yaaah masih banyak lagi men. Tapi inget ya, jangan pernah cari foto Kartini yang lagi telanjang di museum ini men, jangan men! Enggak baik! Selain enggak baik, juga karena emang enggak ada! Oke, jangan ngeres! Ada juga buku-buku yang pernah ditulis oleh beliau yang kemudian dipajang di museum ini. Yang membuat gue takjub, disana ada bagian museum yang sengaja dibuat mirip semirip-miripnya dengan ruangan yang memang digunakan oleh Kartini pada jaman dahulu. Kemiripan itu bisa dilihat dari foto yang dipajang berdekatan dengan "bagian khusus" yang sengaja didesain menyerupai keadaan nyata pada jaman dahulu. Di museum ini juga ada suatu gambar atau apa ya, kesenian dah yang jelas, yang terbuat dari batok kelapa yang membuat atau menggambarkan wajah ibu Kartini. Dan hebatnya lagi, kesenian itu merupakan pemegang rekor muri men, keren! Di dalam museum ini enggak melulu Kartini, entah bagaimana pun caranya, nama Kartini enggak akan bisa melarikan diri dari Jepara. Walaupun nama museum ini adalah Museum Kartini, tapi di dalam museum juga ada Jepara-nya men. Entah itu sejarah, kesenian, sampek kerajinan tangan khas Jepara pun ada di museum ini. Yang menakjubkan (lagi) menurut gue adalah, di sana ada fosil atau entah apalah namanya yang jelas bentuknya tulang dan itu tulang guede banget men. Jangan bayangin kalo itu adalah tulang dinosaurus men, jangan! Apa lagi bayangin kalo itu adalah tulang ikan teri yang diasinin men! Emang sih, tulang itu adalah tulang ikan. Tapi, gue lupa namanya ikan apaan, yang jelas bukan ikan paus, hiu atau sejenisnya men, kecebong juga bukan men. Oh ya, di salah satu bagian museum ada banyak lukisan yang menggambarkan tubuh bagian atas seseorang men. Orang-orang yang ada di lukisan itu adalah kerabat-kerabat Kartini, ada juga yang merupakan orang-orang penting pada jamannya dulu men. Uniknya, lukisannya itu gede banget dan uniknya lagi, kemanapun kita melangkah, kalo kita ngelihat kearah lukisannya, seakan-akan mata dari orang yang dilukiskan dalam lukisan itu selalu mengikuti kemanapun kita pergi men. Rada aneh memang, tapi ya emang seperti itu keadaanya, yaaah bisa dikatakan agak sedikit serem lah, karena emang lukisannya itu serem. Kali kalo lu telanjang di ruangan ini, itu lukisan bakalan merem men, kali loh ya ini! Tapi jangan dicoba men! Setelah puas dan lelah mengelilingi museum yang lumayan gede dan enggak kecil ini, akhirnya kita milih buat gelosoran di depan pintu masuk museumnya. Karena kita masih bingung tentang keberadaan benteng yang selanjutnya bakalan kita kunjungin, akhirnya si paus tanya ke penjaga loket tentang keberadaan benteng tersebut. Lalu, dijelaskan lah panjang lebar oleh penjaga loket perihal letak itu benteng. Ternyata apa yang disampaikan oleh bapak-bapak yang tadi kita temuin di masjid sama kayak yang diungkapin sama si penjaga loket men, enggak bingung deh jadinya. Setelah itu, kami pun mengucapkan terimakasih dan berpamitan kepada penjaga loket untuk meneruskan perejalanan kami ini.
Untuk memasuki museum ini, biaya yang bakalan dikeluarkan enggak banyak-banyak amat kok, cuman Rp3000 aja untuk satu orangnya. Disana itu ada banyak foto-foto men. Diantaranya ada foto Kartini kecil, Kartini muda, Kartini dewasa, saudara-saudara Kartini, keluarga Kartini dan yaaah masih banyak lagi men. Tapi inget ya, jangan pernah cari foto Kartini yang lagi telanjang di museum ini men, jangan men! Enggak baik! Selain enggak baik, juga karena emang enggak ada! Oke, jangan ngeres! Ada juga buku-buku yang pernah ditulis oleh beliau yang kemudian dipajang di museum ini. Yang membuat gue takjub, disana ada bagian museum yang sengaja dibuat mirip semirip-miripnya dengan ruangan yang memang digunakan oleh Kartini pada jaman dahulu. Kemiripan itu bisa dilihat dari foto yang dipajang berdekatan dengan "bagian khusus" yang sengaja didesain menyerupai keadaan nyata pada jaman dahulu. Di museum ini juga ada suatu gambar atau apa ya, kesenian dah yang jelas, yang terbuat dari batok kelapa yang membuat atau menggambarkan wajah ibu Kartini. Dan hebatnya lagi, kesenian itu merupakan pemegang rekor muri men, keren! Di dalam museum ini enggak melulu Kartini, entah bagaimana pun caranya, nama Kartini enggak akan bisa melarikan diri dari Jepara. Walaupun nama museum ini adalah Museum Kartini, tapi di dalam museum juga ada Jepara-nya men. Entah itu sejarah, kesenian, sampek kerajinan tangan khas Jepara pun ada di museum ini. Yang menakjubkan (lagi) menurut gue adalah, di sana ada fosil atau entah apalah namanya yang jelas bentuknya tulang dan itu tulang guede banget men. Jangan bayangin kalo itu adalah tulang dinosaurus men, jangan! Apa lagi bayangin kalo itu adalah tulang ikan teri yang diasinin men! Emang sih, tulang itu adalah tulang ikan. Tapi, gue lupa namanya ikan apaan, yang jelas bukan ikan paus, hiu atau sejenisnya men, kecebong juga bukan men. Oh ya, di salah satu bagian museum ada banyak lukisan yang menggambarkan tubuh bagian atas seseorang men. Orang-orang yang ada di lukisan itu adalah kerabat-kerabat Kartini, ada juga yang merupakan orang-orang penting pada jamannya dulu men. Uniknya, lukisannya itu gede banget dan uniknya lagi, kemanapun kita melangkah, kalo kita ngelihat kearah lukisannya, seakan-akan mata dari orang yang dilukiskan dalam lukisan itu selalu mengikuti kemanapun kita pergi men. Rada aneh memang, tapi ya emang seperti itu keadaanya, yaaah bisa dikatakan agak sedikit serem lah, karena emang lukisannya itu serem. Kali kalo lu telanjang di ruangan ini, itu lukisan bakalan merem men, kali loh ya ini! Tapi jangan dicoba men! Setelah puas dan lelah mengelilingi museum yang lumayan gede dan enggak kecil ini, akhirnya kita milih buat gelosoran di depan pintu masuk museumnya. Karena kita masih bingung tentang keberadaan benteng yang selanjutnya bakalan kita kunjungin, akhirnya si paus tanya ke penjaga loket tentang keberadaan benteng tersebut. Lalu, dijelaskan lah panjang lebar oleh penjaga loket perihal letak itu benteng. Ternyata apa yang disampaikan oleh bapak-bapak yang tadi kita temuin di masjid sama kayak yang diungkapin sama si penjaga loket men, enggak bingung deh jadinya. Setelah itu, kami pun mengucapkan terimakasih dan berpamitan kepada penjaga loket untuk meneruskan perejalanan kami ini.
Gue bingung gentongnya yang mana? |
Batunya kayak tai sapi. Tapi ini sejarah loh! |
Kerajinan khas Jepara "Ukiran" |
Ngalay di dalam museum |
Jadi, gimana? Jomblo semua nih. Pilih mana? Masih pada imut-imut kok! |
Itu-tuh foto yang serem-serem. Termasuk yang lagi lihat ke kamera |
Ini nih, yang kata gue masuk MURI |
Ini juga nih, MURI juga |
Ketiga foto di atas adalah koleksi lain dari museum Ibu Kartini yang enggak berbau Kartini
"Foto ini dijepret di dalam museum Ibu Kartini"
Keempat foto di atas adalah koleksi museum yang berbau Ibu Kartini. Eit's Si Paus enggak ya!
"Foto ini dijepret di dalam museum Ibu Kartini"
|| Q: Lah GBK kok kebanggaan warga Jepara sih bay? GBK kan adanya di Jakarta sih? ||
|| A: Iya men, stadion ini adalah salah satu stadion termegah Indonesia yang ada di Jepara men. Kalo GBK yang ada di Jakarta itu namanya Gelora Bung Karno, sementara GBK yang ada di Jepara ini adalah Gelora Bumi Kartini men namanya. Mirip sih emang, tapi beda jauh, kayak gue sama Beckham gitu ||
Enggak banyak foto yang kita hasilkan di Benteng yang enggak jelas ini. Ini bukan tempat wisata, tapi cukup buat istirahat aja. |
Setelah dirasa cukup, suhu udara pun udah enggak terlalu panas, akhirnya kita putuskan buat ngelanjutin perjalanan. Ya, setelah ini kita bakalan menuju ke Pantai Bandengan. Oh ya, berhubung tadi motor kita diparkir di depan benteng dan disana ada orang yang ngejagainnya (Baca: Tukang parkir) makanya kita dimintain duit sebesar Rp1000 per motor men.
Berhubung sebelumnya gue udah pernah ke Pantai Bandengan dan ingetan gue masih agak fresh, jadi perjalanan kesana terasa mudah. Tanpa perlu tanya-tanya lagi, akhirnya sampek juga deh di Pantai Bandengan. Enggak jauh emang dari benteng yang sebelumnya kita kunjungin untuk menunju ke Pantai Bandengan, mungkin cuman membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Tiket masuk ke Pantai Bandengan itu dipatok Rp5000 per orang men.
Kayak ular aja ya matok-matok segala? Nampaknya gue salah kosakata deh, tapi tak apalah, yang penting gue tetep ganteng! Oke, lanjut!
Untuk biaya parkir, nanti di dalem ada petugasnya sendiri men. Bukan petugas sih menurut gue, tapi lebih kayak preman. Soalnya mereka enggak berseragam seperti layaknya tukang parkir eh malah kaosan, celana pendek dan pake sendal jepit men. Yaah pengelolaan lahan parkir yang masih enggak bener di daerah Jepara men. Gue yakin, duit hasil parkir tersebut pasti sebagian besar masuk ke kantong para preman itu. Palingan setor ke penjaga loket, lalu duit lebihnya dikantongin sama preman yang mintain duit ke kita ini men. Sementara daerah dapet apa? Gak dapet apa-apa! Yaaah yang kayak gini ini yang perlu diperbaiki kalo pengen majunya perpariwisataan di Indonesia.
Enggak pikir panjang, akhirnya kita langsung kepo sama Pantai Bandengan lalu tempat yang kita tuju adalah dermaga yang banyak kapalnya men. Bukan bukan, bukan kapal men, tapi perahu, iya iya perahu, bisa jadi...bisa jadi #alay#
"Lah, ngapain kita kesana? Katanya mau kepo sama Pantai Bandengan, kok malah ke dermaga ya?"
Kayak yang udah gue ketikin di atas men, kita mau ke Pulau Panjang dulu. Gue yakin kalo dermaga ini adalah satu-satunya jalan menuju ke Pulau Panjang. Benar sekali, ini adalah dermaga dimana perahu-perahu yang bersandar disana bakalan ngebawa kita ke Pulau Panjang.
Perahu kan enggak punya tangan, kok bisa ya bawa kita? Yaudah sih, gue cuman pengen ngebuktiin kalo kata "bawa" itu enggak cocok di gunain dalam kalimat ini men. Jadi, jangan di contoh ya! Oke, lanjut!
Menurut informasi yang gue peroleh dari bapak-bapak yang mengenakan kaos berlengan panjang berwarna oranye dengan tulisan "Wisata Bahari Pulau Panjang" di punggungnya ini, gue jadi tau kalo tarif untuk menumpang perahu ini untuk perjalanan pergi pulang adalah sebanyak Rp10.000 per orang. Bener apa kata bapak-bapak yang tadi gue tanyain sewaktu di masjid, bahwa harga tiketnya enggak sampek lima belas ribu rupiah men.
Tanpa pikir panjang, kita mau ke Pulau Panjang dengan menumpang di perahu pra-bayar yang satu ini men. Gue menduga, bahwa sebelumnya perahu ini adalah perahu nelayan yang digunakan buat nangkepin ikan terus dirubah jadi perahu wisata men. Dan gue juga menduga, bahwa orang yang bertugas dan ada di atas perahu ini adalah seorang nelayan yang sudah lupa caranya nangkep ikan.
Yaaah, cari duit emang enggak gampang men. Harga ikan di pemborong enggak mahal-mahal amat, etapi setelah sampek pasar harganya jadi mahal, pembodohan ini namanya! Yaudah lah, kita lupakan tentang pembodohan ini. Soalnya gue bukan mentri yang ngurusin ikan, juga bukan orang yang diusir dari suatu negara berkat kegantengan gue, jadi bukan kapasitas gue buat ngomongin dan ngetikin yang beginian men. Oke, kita kembali ke topik!
Kekira perjalanan dari dermaga Pantai Bandengan sampek ke dermaga yang ada di Pulau Panjang itu membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Perahunya itu berisik banget men. Terlebih lagi, kita duduk di belakang dan dekat dengan mesin perahu, semakin berisik! Perahunya enggak bisa ngebut, lambat melajunya men. Ya lumayan sih, jadi bisa menikmati suasana laut di sore hari. Lagian kalo ngebut kan bahaya men, gue baru sadar kalo ternyata perahu itu enggak punya rem.
Oke, singkat cerita perahu mulai bersandar di dermaga Pulau Panjang, kemudian para penumpang dipersilahkan untuk turun. Setelah itu, kami diberi waktu sekitar 30 menit oleh bapaknya yang ada di kapal buat meng-eksplore Pulau Panjang. Berhubung waktu yang diberikan agak sedikit, akhirnya kita bergegas untuk mengelilingi pulau yang menurut informasi yang gue dapet adalah pulau tak berpenghuni ini men. Gue kira masuk pulau ini tanpa biaya alias gratis, etapi enggak. Ternyata tarif perorangnya adalah sebesar Rp3000. Ada karcisnya sih, yaaah mungkin tarif resmi men. Oke, Pulau Panjang itu enggak ada apa-apanya. Isi-nya cuman hutan hutan dan hutan dengan jalan setapak yang mengelilinginya dan kemudian dikelilingi oleh pantai dengan pasir putih dan ada pemecah ombaknya juga. Disana juga terdapat camping ground yang masih bisa digunain dan ada masjid juga. Di sekitaran masjid itu ada makam siapa gitu, rada enggak jelas. Sepertinya makam seorang tokoh keagamaan dan cukup terkenal gitu men. Soalnya, sewaktu gue kesana banyak orang yang lagi berziarah disana. Oh ya, ada juga kayak semacam pemancar sinyal gitu disini, jadi kita enggak bakalan kehilangan sinyal. Ada rumah dinas juga ternyata, jadi gue salah kalo tadi gue nyebut bahwa pulau ini tak berpenghuni, salah men. Pulau ini adalah pulau berpenghuni, yaaah walaupun penghuninya sedikit banget.
Kedua foto di atas adalah pantai di sekitaran dermaga Pulau Panjang
"Foto ini dijepret saat mau pulang ke Pantai Bandengan"
Untuk mengelilingi pulau ini enggak membutuhkan waktu yang lama, mungkin sekitar 25 menit. Karena kita diberi waktu 30 menit, jadi kita punya sisa waktu selama 10 jam eh salah, 5 menit doang men #garing-krik-krik#. Sisa 5 menit itu akhirnya kita gunain buat main-main di pantai deket dermaga. Pasirnya bener-bener putih men, inget ya putih! Bukan krem! Bener-bener putih! Bersih lagi, jauh lebih bersih dari pada Teluk Awur!
Noh lihat, ada penahan ombak, bakau, pasir putih sama orang ganteng. |
Gimana? Indah kan Pulau Panjang? |
Kita yang kece-kece aja kalah kece sama Pulau Panjang :( |
Gimana? Masih punya alesan enggak ke Pulau Panjang? |
Keempat foto di atas adalah view yang sekiranya bisa di dapet di Pulau Panjang
Singkat kata, kita memulai perjalanan pulang. Perjalanan pulang kali ini lumayan keren men, matahari sudah mulai terbenam. Andai kata pulangnya agak nanti, mungkin kita bakal ngelewatin sunset di atas perahu men, keren! Berhubung hari udah mulai malam, jadi ombak yang ada semakin meninggi. Hal tersebut membuat perahu yang kita tumpangin goyang kesana kemari men, rada takut sih, tapi seru!
Oh ya, coba kalian minggir dan ngelihat ke arah lautnya, tepat di bawah perahu-nya men, ada ikan-nya! Inget ya, tepat di bawah perahu-nya! Beneran deh ada ikan-nya...i.......kan....dibohongin #Lupakan#
Perjalanan dari Pantai Bandengan ke Pulau Panjang, kemudian eksplore Pulau Panjang, lalu dilanjutkan perjalanan dari Pulau Panjang pulang ke Pantai Bandengan dibutuhkan waktu sekitar 1 jam 30 menit. Kita yang tadi sampek di Pantai Bandengan sekitar jam 3, setelah kita kembali lagi ke Pantai Bandengan sudah jam 4.30 dan kita belum absen ke Tuhan. Berhubung untuk urusan yang satu ini gue enggak bisa "Titip Absen", akhirnya langsung deh bergegas menuju parkiran untuk mengarahkan badan kita ke ujung Pantai Bandengan buat ngelihat sunset, tapi sebelumnya kita mau absen dulu men. Menurut informasi dari tukang parkir "preman" yang dibayar Rp3000 per motor yang dititipkan ini, di dalam kawasan Pantai Bandengan ini ada mushola men, jadi enggak perlu keluar kawasan ini. Oke, dari 3 keran yang tersedia, cuman 1 keran yang bisa digunain. Setelah itu, ada anak kecil yang kesannya meminta-minta secara memalak men, gak baik! Kecil-kecil udah diajarin beginian, orang tuanya keren ya! Faaaak!
Akhirnya, kita menjajaki ke tujuan terakhir dalam perjalanan kita hari ini. Ya, lihat sunset di Pantai Bandengan. Katanya sih sunset di sini keren banget gitu. Tapi sayang, kunjungan pertama gue kesini masih kurang dapet yang "katanya keren" itu. Makanya, gue masih penasaran "sekeren apa sih sunset disini", gitu men ceritanya. Tempat yang gue pilih buat ngelihat sunset kali ini sama kayak tempat sewaktu gue untuk pertama kalinya ngunjungin pantai ini. Kekira kita udah stay di pantai ini buat ngelihat sunset sekitar jam 5-an men. Seharusnya enggak butuh waktu lama untuk bisa ketemu sama sunset disini. Tapi, berhubung suasana, kondisi dan situasi enggak mendukung, akhirnya sunset yang kita dapetin kali ini enggak lebih baik dari sunset pertama gue disini.
Kece siapa? Sunsetnya apa Si Jomblo? |
Kayaknya ini copy-paste gaya gue yak? |
Walaupun sunsetnya enggak kece, laut sama ombaknya tetep kece kok. |
Ini nih, sunset yang kita dapet |
Gimana? Masih punya alesan enggak ke Pantai Bandengan? |
Yaaah itu dia Pantai Bandengan!
Kesimpulannya, lagi-lagi gue belum bisa ngelihat sunset yang "Katanya keren" ini. Atau mungkin emang kayak begini ini bentuk sunset yang ada di Pantai Bandengan ya? Emmm...kalo enggak, mungkin gue bakalan masih penasaran buat nemuin sunset yang "katanya keren" ini men. Tapi kalo emang iya kayak begini, berarti sunset di Pantai Bandengan enggak lebih keren dari pada sunset di Pantai Sundak.
Setelah "agak enggak puas" dengan sunset di Pantai Bandengan ini, akhirnya kita memutuskan untu meninggalkan tempat ini. Tujuan kita kali ini tidak lain dan tidak bukan adalah pulang men. Oh ya, sewaktu perjalanan pulang, karena kita laper, akhirnya kita mutusin buat makan makanan khas Kudus men, garang asem. Karena letak Kudus dan Jepara yang enggak berjauhan, itulah alesan kita nyari garang asem di Jepara men. Katanya sih ada, deket terminal lawas gitu kata mbak-mbak cantik yang jadi kasir di sebuah Indo*maret yang kebetulan kita cipokin. Tapi, entahlah kita enggak berhasil buat nemuin terminal lawas dan entah dimana letak dari garang asem yang dimaksud sama mbaknya tadi. Emang sih rencananya kita bakal makan garang asem, etapi malah jadi makan Lamongan. Eh bukan Lamongan deng, tapi makanan khas Lamongan yang di jual di warung yang namanya "Warung Lamongan" gitu. Disana gue makan telur penyet sama nasi 2 porsi ditambah minum 1 gelas teh hangat yang hasilnya adalah gue kekenyangan banget. Makanan pembuat kenyang perut gue ini gue tukerin sama duit Rp10.500 men, cukup murah emang. Seperti perjalanan gue yang lalu, perjalanan pulang kali ini tetep ditemenin sama yang namanya hujan. Yang akhirnya kita sampek Semarang sekitar jam 10 malem. Oh ya, sedari tadi gue lupa buat ngebahas bensin men, jadi tiap motor untuk ngelakuin perjalan kali ini cuman ngebutuhin Rp20.000 per motor yang dibagi 2 men, jadi tiap orang cuman ngeluarin Rp10.000 buat biaya beli bensin men. Dari pada ngebingungin dan membingungkan, mendingan gue jabarin estimasi biayanya kali ya, oke there is up...
Estimasi Biaya:
Kesimpulannya, lagi-lagi gue belum bisa ngelihat sunset yang "Katanya keren" ini. Atau mungkin emang kayak begini ini bentuk sunset yang ada di Pantai Bandengan ya? Emmm...kalo enggak, mungkin gue bakalan masih penasaran buat nemuin sunset yang "katanya keren" ini men. Tapi kalo emang iya kayak begini, berarti sunset di Pantai Bandengan enggak lebih keren dari pada sunset di Pantai Sundak.
Setelah "agak enggak puas" dengan sunset di Pantai Bandengan ini, akhirnya kita memutuskan untu meninggalkan tempat ini. Tujuan kita kali ini tidak lain dan tidak bukan adalah pulang men. Oh ya, sewaktu perjalanan pulang, karena kita laper, akhirnya kita mutusin buat makan makanan khas Kudus men, garang asem. Karena letak Kudus dan Jepara yang enggak berjauhan, itulah alesan kita nyari garang asem di Jepara men. Katanya sih ada, deket terminal lawas gitu kata mbak-mbak cantik yang jadi kasir di sebuah Indo*maret yang kebetulan kita cipokin. Tapi, entahlah kita enggak berhasil buat nemuin terminal lawas dan entah dimana letak dari garang asem yang dimaksud sama mbaknya tadi. Emang sih rencananya kita bakal makan garang asem, etapi malah jadi makan Lamongan. Eh bukan Lamongan deng, tapi makanan khas Lamongan yang di jual di warung yang namanya "Warung Lamongan" gitu. Disana gue makan telur penyet sama nasi 2 porsi ditambah minum 1 gelas teh hangat yang hasilnya adalah gue kekenyangan banget. Makanan pembuat kenyang perut gue ini gue tukerin sama duit Rp10.500 men, cukup murah emang. Seperti perjalanan gue yang lalu, perjalanan pulang kali ini tetep ditemenin sama yang namanya hujan. Yang akhirnya kita sampek Semarang sekitar jam 10 malem. Oh ya, sedari tadi gue lupa buat ngebahas bensin men, jadi tiap motor untuk ngelakuin perjalan kali ini cuman ngebutuhin Rp20.000 per motor yang dibagi 2 men, jadi tiap orang cuman ngeluarin Rp10.000 buat biaya beli bensin men. Dari pada ngebingungin dan membingungkan, mendingan gue jabarin estimasi biayanya kali ya, oke there is up...
Estimasi Biaya:
4.4444 Liter Bensin Rp20.000 dibagi dua, jadi Rp10.000 #Gue bagi dua karena tiap motor dihuni oleh dua orang#
Bayar polisi faaak! Rp100.000 dibagi empat, jadi Rp25.000 #Gue bagi empat karena kita traveling berempat#Masuk Museum Kartini Rp3.000
Parkir Benteng Rp1.000
Masuk Pantai Bandengan Rp5.000
Naik kapal ke Pulau Panjang Rp10.000
Masuk Pulau Panjang Rp3.000
Parkir Pantai Bandengan Rp3.000
Air mineral Rp3.000
Makan malam Rp10.500
Total Pengenluaran Individu Rp73.500
Emang sih kalo tiap orang ngeluarin duit Rp73.500, kalo buat nonton bisa tuh buat nonton satu kali di bioskop terus bisa buat beli ngemil-ngemil gitu. Apa lagi kalo nontonya di RedBox (Brb minta royalti ke RedBox), bisa nonton 4 film yang berbeda sekaligus dalam seharian ditambah beli makan siang sama ngemil men. Seru sih emang, tapi seru mana sama perjalanan kita kali ini? Kalo di bioskop palingan cuman 2 jam kelar, kalo di RedBox memang lebih lama sih, sekitar 8 jam. Tapi, kalo kayak kita gin? Seharian men, tapi emang harus ngadepin yang namanya panas, berdebu sama asep sih. Beda emang kalo main di bioskop apa enggak di RedBox, dingin karena ber ac, nyaman karena kursinya empuk, kenyang karena bakalan bisa makan banyak dan puas kalo beli makanan seharga dua puluh ribuan. Tapi apa kalian engga bosen? Lagi-lagi nonton, lagi-lagi nongkrong? Oke itu pilihan, sekali lagi gue enggak mau menggurui dan sok tau, gue cuman pengen berbagi. *Keep smile* #Goyang Caisar# Tutututututut.... tututututut.... tutututut... blung plak jes blung plak.... plak plak plak plak kena tampar!
Emang sih kalo tiap orang ngeluarin duit Rp73.500, kalo buat nonton bisa tuh buat nonton satu kali di bioskop terus bisa buat beli ngemil-ngemil gitu. Apa lagi kalo nontonya di RedBox (Brb minta royalti ke RedBox), bisa nonton 4 film yang berbeda sekaligus dalam seharian ditambah beli makan siang sama ngemil men. Seru sih emang, tapi seru mana sama perjalanan kita kali ini? Kalo di bioskop palingan cuman 2 jam kelar, kalo di RedBox memang lebih lama sih, sekitar 8 jam. Tapi, kalo kayak kita gin? Seharian men, tapi emang harus ngadepin yang namanya panas, berdebu sama asep sih. Beda emang kalo main di bioskop apa enggak di RedBox, dingin karena ber ac, nyaman karena kursinya empuk, kenyang karena bakalan bisa makan banyak dan puas kalo beli makanan seharga dua puluh ribuan. Tapi apa kalian engga bosen? Lagi-lagi nonton, lagi-lagi nongkrong? Oke itu pilihan, sekali lagi gue enggak mau menggurui dan sok tau, gue cuman pengen berbagi. *Keep smile* #Goyang Caisar# Tutututututut.... tututututut.... tutututut... blung plak jes blung plak.... plak plak plak plak kena tampar!
Atau mandangin yang beginian?
Itu pilihan!
Akhir kata, salam buat "Papa"!
Bayu Taufani Haryanto
@bayutaufani
sumpah ya bay kurang panjang -_- pffffffffffttttttttttttttttttt. terus ama kita-kita kapan bay ??????
BalasHapusHhhaaa nanti tunggu ya, bakalan ada postingan yang beda hhhee
HapusKatanya free Februari? Hhe