Kamis, 16 Juli 2015

Bola-Bali 5: Jatuh Cinta, Bercumbu dan Bercinta Dengan Sunset Legendaris!





"Ke Pantai Kuta Yuks?" Ketika ada pertanyaan ajakan kayak gitu, mungkin tidak sedikit orang yang akan menjawab "Ngapain sih ke sana, dari SD, SMP terus SMA, kalau ke Bali pasti deh ke pantai itu. Kali ini nggak usah ke sana lah, bosen!". Emang sih, sekarang lagi zamannya traveling. Saking "zamannya", sampai-sampai sunset di Pantai Kuta yang kerennya kebangetan aja udah pada nggak mau ngelihat. Pada gengsi, "Ih... mainstream banget sih ke Pantai Kuta". Apa lagi anak-anak hits zaman sekarang, sukanya ke tempat asing yang belum diketahui banyak orang - make some photos there - share instagram - pulang. Apa lo nggak tau kalau sunset di Pantai Kuta ini bisa bikin lo jatuh cinta untuk kesekian kalinya? Bisa bikin lo pengen mencumbunya? Bisa bikin lo enggak tahan, kemudian bercinta dengannya? Ah... yang jelas, sunset di Pantai Kuta ini lebih menarik dibandingkan seks. Jauh lebih menarik lagi dibanding tempat asing yang cuman bagus difoto doang tanpa bisa dinikmatin itu. Yuk, nikmatin cantiknya sunset di Pantai Kuta?  Buat yang udah pernah lihat sunset di Pantai Kuta, yuk bangkitkan kenangan mu sama mantan. Eh bukan, bangkitkan kenangan mu sama cantiknya sunset di Pantai Kuta? Yuk yuk lanjut bacanya...

Dulu (Waktu masih SD), Papa ke Bali, ada satu hal kecil yang Papa inget sampai sekarang, yaitu ketika pemandu wisata di dalem bis yang Papa tumpangi, mengakatan hal kecil seperti ini "Ibu-ibu, setelah ini kita mau ke Pantai Kuta. Nanti di sana tolong dijagain ya bapaknya. Soalnya disana banyak sumurnya. Takutnya, nanti kalau bapaknya kecemplung sumur, malah nggak mau pulang". Jadi, dulu di Pantai Kuta itu banyak sumurnya. Iya, sumur, sumur yang bisa ngeluarin air yang diambilnya pakai timba itu loh (Pola pikirnya anak SD).

Sekarang (Waktu udah kuliah), Papa ke Bali (lagi), jadi inget sama kata-kata pemandu yang waktu itu, "Di Pantai Kuta banyak SUMURnya". Ternyata, sumur yang dimaksud sama pemandu wisata itu adalah sumur bukan dalam arti yang sesungguhnya ya? Tapi, sumur yang artinya "Susu Dijemur". Waaaah, enak juga ya jadi anak SD yang otaknya belum tercemar, yang masih menganggap "sumur" adalah sumur.

Hayooo, otak mu udah tercemar belum guys? Kalau udah, ya sama berarti kita hahahaha :D

Jadi, waktu Papa masih SD ke Pantai Kuta, itu pas sore-sore. Emang sengaja di pas-pasin biar bisa lihatin sunset di sana yang katanya keren banget. Gimana nggak keren banget, mataharinya aja yang buletnya ngalahin teteknya Chelsea Islan itu warnanya oranye banget. Nggak ada yang ngehalangin. Entah itu kabut kek, awan hitam kek, bangunan-bangunan kek, bulu ketek kek, kakek-kakek kek, ah pokoknya nggak ada yang ngehalangin sama sekali deh. Jadi, mata seakan-akan langsung diadu dengan kombinasi antara langit, air laut, pasir pantai dan matahari. Warna langitnya, what the fuck! (Kalimat yang kurang cocok diungkapkan oleh anak SD. Tapi mau gimana lagi, udah kehabisan kata-kata buat mendeskripsikan kekerenannya sih)! Pokoknya keren banget deh! Apa lagi mataharinya, kayak gambarannya anak SD gitu, bulet, oranye serta ada  senyum lebar yang menghiasinya.

Air laut dan pasir pantai, seakan hanya jadi pelengkap yang semakin mempercantik fenomena indah ciptaan tuhan yang sedang berlangsung amat intim. Perlahan-lahan... matahari bergerak menuju peraduannya. Diiringi irama deburan ombak yang tidak terlalu keras byur... byur... Matahari turun dengan amat sangat dramatiiiiiiiis.... sekali. Panas menyengat sinar matahari pun sudah tidak terasa lagi. Perannya mulai digantikan oleh angin laut yang mulai menyapa wuss... wuss... Dingin. Iya, hawa dingin mulai mengendus-endus di sekitaran leher bagian belakang. Ah! Angin laut, kau sukses membuat ku terangsang.

Tawa anak kecil yang sedari tadi berlarian pun mulai menghilang. Sepertinya, mereka juga tidak mau ketinggalan untuk menyaksikan fenomena indah ini. Yakin lah, setiap mata yang sedang menyaksikannya, tidak akan mau memalingkan pandangannya barang sedetik pun untuk menikmati setiap milimeter pergerakan matahari yang turun perlahan-lahan. Kesunyian yang sedang berlangsung, nyatanya sangat menambah keintiman suasana saat itu. Byur... byur... suara ombak sedang beradu harmoni dengan suara angin wuuuss... wuss... Kombinasi nada yang dihasilkan lebih menarik ketimbang tatanan lagu buatan musisi angot-angotan yang meledak kemudian menghilang. Tidak terasa, akhirnya matahari menghilang tepat diantara garis yang memisahkan langit dan laut. Kalian tau? Itu adalah untuk pertama kalinya dalam hidup Papa, bisa menyaksikan yang namanya sunset.

Kalian masih ingat kah dimana dan kapan pertama kalinya dengan sengaja menikmati yang namanya sunset?

Ini bukan foto sunset pertama Papa, foto aslinya nggak tau deh ada dimana. Karena nggak punya foto yang dulu, jadi ya pajang foto yang sekarang aja hehehe :D

Jadi, waktu Papa udah kuliah ke Pantai Kuta (lagi), itu juga pas sore-sore. Sengaja juga di pas-pasin biar bisa lihat sunset di Pantai Kuta (lagi) yang emang Papa udah pernah lihat (Dulu waktu SD) itu emang kerennya kebangetan. Iya, setelah bertahun-tahun kemudian, akhirnya Papa bisa duduk-duduk ganteng sambil lihat bioskop alam. Tanpa ada tiket, tanpa ada nomor kursi dan tanpa pop corn. Kursinya pun terbuat dari pasir pantai. Pendingin udaranya, tentu saja dari alam. Iya, angin laut yang memainkan perannya. Tokoh utama dalam film kali ini adalah matahari yang akan melakukan adegan penghilangan diri. Agak lebay ya? Tapi... enggak apa deh. Intinya, emang sengaja Papa ke Pantai Kuta (lagi) pas sore-sore. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan kenangan dimasa lampau, kemudian sembari membandingkannya dengan keadaan di masa sekarang, utamanya tentang sunset pertama yang pernah Papa nikmati. Oke, film dimulai. Sekarang saatnya kita menikmati matahari yang akan turun ke peraduannya.

Matahari memulai dengan gerakan yang sangat apik, dia memperagakan tarian Kecak khas Bali. Tak lupa, bebunyian legendaris dari Gamelan Bali turut mengiringinya. Gerakannya yang lemah lembut membuat siapa pun yang melihatnya akan berdecak kagum. Semerbak harum bunga-bunga yang menghiasi tubuh penari ditambah bau dupa khas bali tak luput dari indra penciuman. Membuat siapapun yang menikmati suasana saat itu akan langsung terhipnotis. Hingga tak terasa, bahwa matahari telah semakin mendekati garis lurus yang memperlihatkan bahwa langit dan laut saling menyatu. Lambaian tangan dia berikan untuk memberi tanda bahwa dirinya akan segera menghilang barang sejenak. Perlahan-lahan... hingga akhirnya batang hidungnya tidak terlihat. Hanya pancaran sinarnya saja yang dia tinggalkan. Kemudian, diikuti oleh bebunyian gamelan yang perlahan menghilang. Iya, matahari telah pulang.

Kaaaan, langit sama laut itu nyatu. Nempel jadi satu! Siapa sih yang bilang kalau laut sama langit itu jaraknya jutaan mil? Noh lihat! Mereka itu saling menyatu!

Ah sunset! Sunset Pantai Kuta! Kau sukses membuat Papa jatuh cinta untuk kesekian kalinya! Mungkin kalau kamu wanita, Papa akan dengan jantan menemui mu kemudian akan bertanya "Kiss or slap me?!" sambil berharap jawaban yang kau berikan adalah "Kiss". Jikalau Kiss sudah tidak dapat mengekspresikan semua rasa dalam dada, kiranya kita harus mengekspresikannya dengan bercinta! Iya, dengan mu! Sunset legendaris di Pantai Kuta! Jatuh cinta, bercumbu dan bercinta!

Gimana? Sudah berhasil kah kalian mengingat dimana dan kapan pertama kalinya lihat sunset? Jangan gegara keasyikan bacain bualannya Papa, malah bikin kalian lupa untuk mengingat-ingatnya loh ya? Hehehe :D

Terlepas dari ada atau tidaknya "sumur" di Pantai Kuta, sunset di pantai ini emang masih keren kok, masih indah, masih bisa banget buat dinikmatin. Masih layak juga buat dijadiin tokoh utama dalam sebuah film, buat dijadiin model utama dalam balutan lensa juga oke. Pokoknya, Sunset di pantai ini tetap legendaris guys! Dan satu lagi, masuk ke Pantai Kuta masih tetap gratis.

Lalu, kapan mau ajakin pasangannya buat lihat sunset di Pantai Kuta? Kalau pasangannya nggak mau, putusin aja! Terus ajakin pasangannya orang lain!

Langit sama laut aja bisa bersatu. Masa pacar kamu nggak mau ngajakin ginian? Putusin aja! *Pakai Gayanya Ustad yang inisialnya Felix Siauw

Oke, Akhir kata, Salam buat “Papa”!

Show comments
Hide comments
39 komentar:
Write comment
  1. Okee inisialnya felik siaw 😂😁

    BalasHapus
  2. Meski udah mainstream pake banget, sunset di Pantai Kuta Bali emang belum ada yang ngalahin. Kemarin habis sunset di Jimbaran kok terasa hambar, trus di Tegalwangi cuma disuguhi pemandangan pre-wed yg bikin hati ini panas karena masih jomlo #curcol. Sunset Uluwatu tahun lalu lumayan cakep sih tapi belum pernah sunsetan sambil nonton Tari Kecak yang katanya agak mainstream juga. Menurut Papa gimana sunset Uluwatu? :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaaaa udah ada dari zaman dahulu kala saat burung kakak tua masih eksis dijajaran tangga lagu hits ya bang? Hehehe. Tapi tetep aja belum ada yang bisa ngena di hati ya kalau masalah sunsetnya hehehe. Ke Uluwatu baru sekali, itu juga nggak pas mau sunset, cuman sore-sore dan cuman sebentar doang. Jadi, ya belum pernah lihat secara langsung. Kalau lihat dari foto sih kayaknya asik ya bang? Hehehe

      Hapus
  3. Wahai Papa, terakhir ke Pantai Kuta yang ada kotor sampah Papa. Nggak tahu apakah terbawa ombak atau pas itu lagi musimnya liburan anak sekolahan Papa. Kami nyari lokasi pantai yang nggak mainstream buat liat sunset karena inginnya menikmati kesyahduan pantai Bali yang sepi dan bersih Papa. Tapi, kalau perkara SUMUR sih, oke-oke sajalah mau di Pantai Kuta atau pantai lain, gyaahahaha :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang sih Pantau Kuta berasa lebih kotor dibanding 10 tahun lalu. Tapi tetep aja lebih bersih dibanding kebanyakan pantai di Jawa hehehe. Bali Selatan kan masih banyak yang sepi, kayak Gunung Kidul gitu, banyak yang masih sepi hehehe. Ah kalau mau Sumur sih ke Seminyak, lebih asoy hahahaha

      Hapus
  4. Pantai kuta itu udah mendunia banget, tapi memang karena sering banget dikunjungi jadi agak ngga clean sekarang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awal-awalnya Bali terkenal ya itu hehehehe. Iya, beda banget sama Kuta yang dulu. Tapi, kalau dibandingin beberapa pantai di Jawa sih masih bisa lah diadu kebersihannya hehehe

      Hapus
  5. tapi Kuta kotor bangetttt dan penuh bangetttt hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaaa terlalu mendunia sih Kuta ini hehehe. Yaaah kotornya Kuta sih masih bisa dinikmatin laaah, dari pada kebanyakan pantai di Jawa yang udah kotor, terus jarang ada tempat sampahnya hehehe

      Hapus
  6. Berkali-kali jatuh cinta sama sunset pantai Kuta. Nggak pernah bosen liatnya. Bahkan musisi juga bikin lagunya kan Kuta Bali :))
    Sunset yg selalu bikin kangen pengen balik kesana lagiiiii~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener sekali, setuju banget. Tapi sekarang banyak yamg bilang kalau Kuta kotor. Padahal sih, masih lebih bersih dari pada kebanyakan pantai di Jawa ya? Hehe

      Hapus
  7. Oke, endingnya quote dari Felixsiaw :D wkwkw

    Sedihnya, aku belum pernah ke Bali mas -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu inisialnya doang padahal hahahaha
      Waaah jangan sedih, Bali nggak mahal-mahal amat kok. Puasa nonton 8 film sama pacar di bioskop bisa kali pergi ke Bali hehehe

      Hapus
  8. Wahahahahasem :D

    Puasa nonton 8 film sama pacar coba nih lah -_- nonton sama pacar aja mana pernah wkwkwk :D iyaaa ah, nabung-nabung :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahaha. Ya gampangannya gitu lah, berhemat sejumlah itu bisa kok ke Bali hehehehe. Naaaaah nabung tuh...

      Hapus
  9. Ke Kuta baru sekali.. Hehe.. pas ke sana pagi sih jadi nggak nikmatin sunsetnya. Fotonya bagus2... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaaaah berarti harus ke sana lagi tuh, biar bisa lihat sunsetnya. Waaaaah terimakasih hehehe

      Hapus
  10. Indah banget sunset di pantai Kuta...
    Sayang saya belum pernah kesana. Suatu saat nanti harus dikunjungi nih.

    Salam,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya om, keren banget. Udah mendunia om, malah tambah keren aja jadinya hehehe. Waaaah harus ke sana om, nggak nyesel deh. Semoga bisa ke sana hehehe

      Hapus
  11. aku paling geli ama pantai kuta bali karena banyak yang aneh misalnya yg kayak pasangan diphotomu ahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mbak. Itu yang ke foto cuman pas lagi pelukan doang ya. Naaaah yang nggak ke foto malah mereka ciuman coba, gila tu pasangan haha

      Hapus
  12. wah..lagi di kampung halamanku nih. Tapi itu kok pas dapat matahari di langit yang nggak mendung ya. Dulu saya sering di Kuta sore hari,tapi kayanya jarang melihat langit yang tak berawan.. he he..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Loh jadi perantau dong mbak? Enak ya kampung halamannya banyak tempat kerennya hehe
      Waaaah mungkin ke sananya pas lagi musimnya mendung kali mbak, how lucky i'm ya bisa dapet yang pas nggak mendung-mendung gitu? Hehehe

      Hapus
  13. Wahahaha makasiiih banyaaak mas rekomendasinya :D syiiiip deh mas :D

    BalasHapus
  14. ya..jarang-jarang sih bisa dapat sore sebersih itu terutama pas di garis pertemuan langit dan laut..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaaah nggak tau kalau itu, jarang-jarang ke Kuta sih. Paling masih bisa dihitung pakai jari tangan, itu juga kurun waktunya hampir 10 tahun hehehehe

      Hapus
  15. kebayan gimana gitu negara siapa yg suka suka siapa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu dia mbak, ya enggak apa lah suka-suka orangnya itu. Yang penting kitanya nggak ganggu orang aja hehe

      Hapus
  16. wahahahahaha susu dijemuuuuur!!! *ngakak sampe tahun depan*

    Sila baca posting terbaru blog #senjamoktika -> Menujuh Kalimantan http://wp.me/p39Fhn-pH #Terios7Wonders

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduuuh jangan sampai tahun depan laaaah, kasihan giginya kebuka mulu hehehe
      Waaaah diusahakan segera mampir hehe

      Hapus
  17. Masih bagusan Kuta, drpd pantai di Surabaya.

    *yaiyalah pit*
    *selftoyor*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih bagusan pantai di Surabaya daripada di Semarang jal hahahaha

      Hapus
  18. hahahahaha :)))))))) susu dijemur! *teuteup* terima kasih ya, kak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha :D
      Akhirnya bisa follow Senja Moktika, dari kemarin nyariin tanda follownya nggak ketemu-ketemu, baru hari ini ketemu, langsung follow deh biar bisa tau post barunya terus bacain, bagus-bagus sih tulisannya hehe

      Hapus
  19. Balasan
    1. Naaaaah Bali emang masih lebih oke lah pokoknya hehehe

      Hapus

Back to Top